Jumat, 28 Desember 2012

Sibolangit In Memories

Aku tak pernah menyangka, sepenggal waktu yang dihabiskan dalam kebersamaan nyatanya begitu mengabdi dalam ingatan. Tak pantas rasanya segenap rasa yang memenuhi memori ingatanku hanya kudiamkan saja, tanpa celoteh bisu dalam tarian aksara.

 Selasa 25 Desember 2012

Awal yang tak kuduga, bahwa menjejaki ranah Sibolangit menjadi catatan kisah yang tak terlupa. Menyenangkan, mengesankan, sekaligus mengharukan. Bagaimana tidak, di sini ukhuwah itu begitu terasa. Games yang menjadi ajang atraksi segalam macam menjadi fenomena yang sungguh tak terbenamkan dalam ingatan. Kebersamaan yang terukir di Bukit Perkemahan Sibolangit telah berlalu tiga hari yang lalu, namun celoteh-celoteh seputar kejadian-kejadian seru di sana nyatanya tak jua mampu ditenggelamkan dari ingatan oleh semua pihak yang merangkum kisah itu bersama.



Aku masih ingat betul saat game pertama dimulai, “game ta’arruf “ tak lebih bisa disebut demikian. Sebab dalam game ini para peserta ditunjuk untuk menyebutkan nama satu dengan lainnya. Dengan hati yang tak karu-karuan aku terus berusaha menghapal nama teman-teman, untungnya aku tak dapat bahagian dalam menyebutkan nama-nama mereka.
“ Alhamdulillah” seru batinku.

Tiba di games berikutnya yang terkesan lebih santai dengan suasan yang tak begitu menegangkan. Game Sunris atau lebih tepatnya Susun Baris. Di sini kami harus menyusun barisan sesuai petunjuk dari  komandan. Alah kayak upacara aja pake komandan, abaikan.
Selanjutnya masih banyak game lain yang tak kalah seru, dan yang paling mengesankan adalah PENSI (Pentas Seni). Di sini tawa memecah keheningan tanah sibolangit saat satu demi satu para peserta unjuk kebolehan dalam seni yang ia perankan.
Dan kami menjadi regu pertama yang terpilih untuk maju. Sempat pusing juga nih kepala, mengingat persiapan tak mateng. Habis selama persiapan tak ada yang serius dalam memerankannya. Namun tak mengapalah, anggap saja hiburan gratis dari kami wkwkwk….
Sebuah penampilan yang tak terlupakan di benakku adalah penampilan dari kelompok Suci yang memilih untuk berperan dalam sebuah drama singkat tentang seorang anak (Diperankan oleh DP) yang memiliki impian menjadi penulis namun tak mendapat restu dari papa ayah  yang tak lain diperankan oleh Tegus Bagus Surya, kenapa aku sebut papa ayah, karena begitulah adanya :D *Ngangekin Cermin berembun. Di sini aku tak mampu menahan tawa setiap kali terbayang akan cerita yang mereka perankan, dimana sang ayah yang seorang tentara (dilihat dari celananya) selalu salah dalam menyebutkan perannya, jadi ayah kah atau papakah? Hadeh…tak usah ditanya, hal ini benar-benar kesan yang tak terlupa. Belum lagi setiap kali terbayang paras lugunya yang memerankan peran, sungguh, gimana gituh :D. Pantes saja mendapat penghargaan sebagai Peserta Paling Pendiam 

Selanjutnya penampilan dari regu Putri juga tak kalah seru di mana mereka memilih untuk berperan dalam sebuah ajang pencarian bakat. Fuzi Elastis, sebuah penampilan yang amazing hehe,bisa berjalan di atas tali, yang jelas bila penampilannya begitu semua orang juga bisa kaleee… Namun bukan itu kesan istimewanya, kesannya istimewanya adalah kita punya julukan baru buat kak Fuji, Fuji Elastis.

Selanjutnya masih dalam acara pencarian bakat, penampilan sosok Putri tak kalah menggetarkan Perbumian Sibolangit (alah lebay), dimana sosok Putri begitu Pe-Denya melenggak-lenggok ala model, model apa? Entah. Namun yang pasti ekspresi wajahnya saat berperan begitu “wow” hehe. Begitu juga ketika duo racun berperan dalam lipsing lagu “Balonku Ada 5” gayanya sungguh memukau. Belum lagi puisi “diam yang dibawakan Fahmi, aih sungguh bombastis.

Ada lagi penampilan satu regu yang begitu luar biasa, saking luar biasanya sampai mendapat penghargaan sebagai regu paling, paling apa ya lupa hehe. Regu Laskar Pujangga, begitu mereka menamai kelompoknya. Regu yang dikomandoi oleh Sam Sang Pujangga ini begitu amazing. Penampilan mereka dalam berpuisi yang sempat membuat merinding, seketika itu pula mengheningkan suasana. Luar biasa, begitulah seru batinku. Mengapa? Karena di sana, banyak jiwa-jiwa yang terbanting di atas tanah, untungnya tuh tanah gak retak lalu terbelah dua hehe.

Dan suasana haru yang begitu kurasakan adalah sebuah kebersamaan yang begitu erat. Di mana saat enam orang teman yang sempat dinyatakan gugur menjadikan kami berontak atas keputusan yang menurut kami tak adil. Di sanalah kurasakan ukhuwah itu begitu hangat meski diterpa titik-titik hujan yang menenggelamkan tubuh kami dalam dingin yang kian menggigit. Derasnya hujan yang semakin membasahi tanah tempat kami berpijak pun tak menuyrutkan keputusan kami untuk bersatu menuntut keadilan, bahwa keenam dari mereka adalah orang-orang yang lebih layak menghuni FLP.  

Tak pernah kurasa hangat kebersamaan
Yang begitu nyata dalam genggaman
Menyatukan bongkahan hati  dalam sebentuk ikatan
Di lingkaran bernama ukhuwah
Kami jejaki ranah dalam menjemput mimpi

Takkan kusurutkan langkahku
Demi menggapai asa,
Dalam balutan cinta semata
; Cinta ukhuwah

Pokoke rugi bangetlah yang nggak ikutan. *Ngangekin Cermin Berembun lagi


# Inagurasi FLP Sumut Di bukit Perkemahan Sibolangit


Tidak ada komentar:

Posting Komentar