Aku tak pernah
menyangka, sepenggal waktu yang dihabiskan dalam kebersamaan nyatanya begitu
mengabdi dalam ingatan. Tak pantas rasanya segenap rasa yang memenuhi memori
ingatanku hanya kudiamkan saja, tanpa celoteh bisu dalam tarian aksara.
Selasa 25 Desember 2012
Awal yang tak kuduga,
bahwa menjejaki ranah Sibolangit menjadi catatan kisah yang tak terlupa. Menyenangkan,
mengesankan, sekaligus mengharukan. Bagaimana tidak, di sini ukhuwah itu begitu
terasa. Games yang menjadi ajang atraksi segalam macam menjadi fenomena yang
sungguh tak terbenamkan dalam ingatan. Kebersamaan yang
terukir di Bukit Perkemahan Sibolangit telah berlalu tiga hari yang lalu, namun
celoteh-celoteh seputar kejadian-kejadian seru di sana nyatanya tak jua mampu
ditenggelamkan dari ingatan oleh semua pihak yang merangkum kisah itu bersama.
Aku masih ingat betul
saat game pertama dimulai, “game ta’arruf “ tak lebih bisa disebut demikian. Sebab
dalam game ini para peserta ditunjuk untuk menyebutkan nama satu dengan
lainnya. Dengan hati yang tak karu-karuan aku terus berusaha menghapal nama
teman-teman, untungnya aku tak dapat bahagian dalam menyebutkan nama-nama
mereka.
“ Alhamdulillah” seru
batinku.
Tiba di games berikutnya
yang terkesan lebih santai dengan suasan yang tak begitu menegangkan. Game
Sunris atau lebih tepatnya Susun Baris. Di sini kami harus menyusun barisan
sesuai petunjuk dari komandan. Alah
kayak upacara aja pake komandan, abaikan.
Selanjutnya masih
banyak game lain yang tak kalah seru, dan yang paling mengesankan adalah PENSI
(Pentas Seni). Di sini tawa memecah keheningan tanah sibolangit saat satu demi
satu para peserta unjuk kebolehan dalam seni yang ia perankan.
Dan kami menjadi regu
pertama yang terpilih untuk maju. Sempat pusing juga nih kepala, mengingat
persiapan tak mateng. Habis selama persiapan tak ada yang serius dalam
memerankannya. Namun tak mengapalah, anggap saja hiburan gratis dari kami wkwkwk….
Sebuah penampilan yang
tak terlupakan di benakku adalah penampilan dari kelompok Suci yang memilih
untuk berperan dalam sebuah drama singkat tentang seorang anak (Diperankan oleh
DP) yang memiliki impian menjadi penulis namun tak mendapat restu dari papa
ayah yang tak lain diperankan oleh Tegus
Bagus Surya, kenapa aku sebut papa ayah, karena begitulah adanya :D *Ngangekin
Cermin berembun. Di sini aku tak mampu menahan tawa setiap kali terbayang akan
cerita yang mereka perankan, dimana sang ayah yang seorang tentara (dilihat
dari celananya) selalu salah dalam menyebutkan perannya, jadi ayah kah atau
papakah? Hadeh…tak usah ditanya, hal ini benar-benar kesan yang tak terlupa.
Belum lagi setiap kali terbayang paras lugunya yang memerankan peran, sungguh,
gimana gituh :D. Pantes saja mendapat penghargaan sebagai Peserta Paling
Pendiam
Selanjutnya penampilan
dari regu Putri juga tak kalah seru di mana mereka memilih untuk berperan dalam
sebuah ajang pencarian bakat. Fuzi Elastis, sebuah penampilan yang amazing
hehe,bisa berjalan di atas tali, yang jelas bila penampilannya begitu semua
orang juga bisa kaleee… Namun bukan itu kesan istimewanya, kesannya istimewanya
adalah kita punya julukan baru buat kak Fuji, Fuji Elastis.
Selanjutnya masih dalam
acara pencarian bakat, penampilan sosok Putri tak kalah menggetarkan Perbumian Sibolangit
(alah lebay), dimana sosok Putri begitu Pe-Denya melenggak-lenggok ala model,
model apa? Entah. Namun yang pasti ekspresi wajahnya saat berperan begitu “wow”
hehe. Begitu juga ketika duo racun berperan dalam lipsing lagu “Balonku Ada 5”
gayanya sungguh memukau. Belum lagi puisi “diam yang dibawakan Fahmi, aih
sungguh bombastis.
Ada lagi penampilan
satu regu yang begitu luar biasa, saking luar biasanya sampai mendapat
penghargaan sebagai regu paling, paling apa ya lupa hehe. Regu Laskar Pujangga,
begitu mereka menamai kelompoknya. Regu yang dikomandoi oleh Sam Sang Pujangga
ini begitu amazing. Penampilan mereka dalam berpuisi yang sempat membuat
merinding, seketika itu pula mengheningkan suasana. Luar biasa, begitulah seru
batinku. Mengapa? Karena di sana, banyak jiwa-jiwa yang terbanting di atas
tanah, untungnya tuh tanah gak retak lalu terbelah dua hehe.
Dan suasana haru yang begitu
kurasakan adalah sebuah kebersamaan yang begitu erat. Di mana saat enam orang
teman yang sempat dinyatakan gugur menjadikan kami berontak atas keputusan yang
menurut kami tak adil. Di sanalah kurasakan ukhuwah itu begitu hangat meski
diterpa titik-titik hujan yang menenggelamkan tubuh kami dalam dingin yang kian
menggigit. Derasnya hujan yang semakin membasahi tanah tempat kami berpijak pun
tak menuyrutkan keputusan kami untuk bersatu menuntut keadilan, bahwa keenam
dari mereka adalah orang-orang yang lebih layak menghuni FLP.
Tak pernah
kurasa hangat kebersamaan
Yang begitu
nyata dalam genggaman
Menyatukan bongkahan
hati dalam sebentuk ikatan
Di lingkaran bernama
ukhuwah
Kami jejaki
ranah dalam menjemput mimpi
Takkan
kusurutkan langkahku
Demi menggapai
asa,
Dalam balutan
cinta semata
; Cinta ukhuwah
Pokoke rugi bangetlah
yang nggak ikutan. *Ngangekin Cermin Berembun lagi
# Inagurasi FLP Sumut Di bukit Perkemahan Sibolangit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar