Sabtu, 31 Desember 2011

Menelan Rasa dalam Kebisuan


Oleh Nurlaili Sembiring

        Ada banyak hal yang ingin kulepaskan dalam diriku sejak dulu hingga kini, namun selalu saja kutahan. Kemarahan, kebencian, kebosanan, ketidaksukaan, semuanya kutahan. Sebab aku tak ingin melukai hati-hati orang di sekitarku. Aku tak ingin menimbulkan kebencian dari pihak-pihak tertentu. Aku tidak ingin mengumbar egoku, mengumbar rasa yang mungkin saja melegakan hati namun ternyata menyakiti hati orang lain. Aku tidak ingin seperti itu. Kutelan saja segala rasa yang ada dalam sanubari. Biarlah aku yang merasa tak perlu di rasa orang lain.

        Aku bosan. Aku marah. Aku kesal. Aku benci. Aku ingin segalanya segera usai. Aku ingin damai dalam lingkaran cinta tak berhujung. Namun, asaku tak kunjung datang. Keadaan semakin luntur. Yang tersisa hanya rasa jemu dan jemu. Andai saja kau mampu memahami gejolak rasa di kalbu, tentu semua akan baik-baik saja. Namun nyatanya, keburukanku selalu kau kekalkan dalam ingatanmu. Sedang kebaikanku sama sekali tak pernah kau ingat. Apakah begini caramu menyikapi masalah? Bukankah saling bicara dari hati ke hati itu yang lebih penting.

Senin, 26 Desember 2011

Miss You Mom

Oleh. Nurlaili S

Setiap kuterbayang wajahmu Bunda
Tergambar sejuta kenangan nan pernah terukir bersama
Tatapan lembutmu menenangkan jiwa
Peluk hangatmu mendamaikan raga
Kebersamaan kita memahat kedamaian
Dan sejuta kenangan lain yang pernah terpatri dalam dada

Bunda...
Terima kasih atas cinta yang kauberi
Terima kasih atas pengorbanan tak terperi
dan terima kasih pula atas kesetiaan tanpa jeda yang kau bentangkan
di lorong-lorong waktu yang kita lalui

Kamis, 15 Desember 2011

Gerimis Hati

Mungkin aku masih terlalu dini memahamimu
Hingga tak mampu membaca isyarat yang tertuang di bibirmu
Tak mampu meraba isi kedalaman jiwamu
Tak dapat mendalami segenap rasa di kalbumu

Aku tak mau terlalu berandai
Hanya akan membuatku terjerembab
 Dalam jurang penyesalan
Yang jelas hanya akan menambah kepahitan hidup
Namun aku jua tak punya daya menghapusnya

Aku terseok, tersungkur menahan perih hati
Tersayat luka atas cinta yang tak jua kau pahami
Kau masih enggan memahami lukisan cinta yang terendap di sudut hati
Entah sampai kapan, ku jua tak mengerti

Gerimis hati,
Saat kabarmu merobek keangkuhan rasa
Kau tabur duri di sudut hatiku
Hingga menusuk tepat di sanubariku

Kabar darimu seolah menikam batinku
Tersulutku dalam luka tak terperi
Bersarang dalam jelaga hati
Menyisakan kerapuhan pada gejolak kalbu


Sabtu, 08 Oktober 2011

My New Book

Telah terbit di LeutikaPrio!!!

Judul : Sepuluh Wajah Cinta
Penulis : Nurlaili Sembiring, dkk
Tebal : iv + 97 hlmn
Harga : Rp. 28.400,-
ISBN : 978-602-225-083-8

Sinopsis:

Sepuluh Wajah Cinta ini menceritakan tentang cerita cinta yang beraneka warna yang dikemas begitu apik oleh lima penulis. Ada tangis, tawa, canda, smua terangkum dalam satu buku yang penuh inspirasi dan sarat makna.

“Iya, gue tahu loe masih keinget mantan loe yang udah meninggal itu. Tapi nggak ada salahnya kan loe buka hati loe. Loe nggak bisa selamanya meratapi nasib gini, Ka…” Via berkata panjang lebar dan Raka cuma membalasnya dengan senyuman.

Ini salah satu cuplikan cerita tentang kisah persahabatan antara Raka dan Via. Ada juga Meli yang belum siap menikah, rela meninggalkan orang yang dicintainya. Semua itu karena dia tidak ingin hatinya ternodai dengan cinta yang semu. Atau pertemuan dua sahabat yang sama-sama bernama Ahmad dan sama-sama mengidolakan ayahnya dalam suasana yang sangat mengharukan. Begitu pula tentang kekuatan ikatan hati yang dipintal oleh tali cinta Ilahi. Lima sahabat yang kemudian dipertemukan kembali karena suatu sebab.

Apakah sebab itu? Senja di hari minggu tampak seorang gadis duduk di tepi Pantai Sorake, Nias Selatan. Memandangi lautan lepas yang terbentang luas. Menyaksikan deburan ombak-ombak kecil yang saling berkejaran. Gemericik airnya menambah ketentraman jiwanya. Semilir angin sesekali meniupkan kerudung biru yang tengah ia kenakan. Pemandangan alam yang begitu indah lukisan Tuhan membuatnya hanyut dalam khayalan. Terkenang akan masa lalu. Di pantai inilah awal pertemuan antara Radit dan Iffah. Bagaimana cerita selanjutnya? Dapat ditemukan di kumcer “Sepuluh Wajah Cinta” bersama cerita-cerita menarik lainnya.

Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order, all!!



Rabu, 05 Oktober 2011

CAPER-KESAN “Catatan Perjalanan yang Berkesan”

CAPER-KESAN “Catatan Perjalanan yang Berkesan”


Bismillahirahmanirrahim


Event CAPER-KESAN “Catatan Perjalanan yang Berkesan”


Suatu saat sahabat tentu pernah mengunjungi suatu tempat yang berkesan, baik dari panorama, fasilitas, keramahan atau bisa jadi kejadian tak terlupakan yang tentu saja mengandung hikmah. Nah... untuk memotret semua itu, Hamasah Komunitas bekerjasama dengan Komunitas Pena Santri mengajak sahabat sekalian untuk menuliskannya dalam sebuah catatan perjalanan yang berkesan.


***

Berikut ketentuannya


1.Merupakan kisah nyata catatan perjalanan yang berkesan, informatif (bisa mengenai budaya,makanan tradisional,kendaraanpermainan,ongkos perjalanan ,makanan yang paling murah dsb )

2.Judul bebas.

3.Diutamakan kisah sendiri dan terdapat ibroh (pelajaran) di dalamnya. Catatan berbahasa Indonesia, boleh disisipi dialog dan bahasa daerah maksimal 5 halaman A4. Huruf TNR, 12.

4.Sertakan biodata naratif maksimal 50 kata.

5.wajib add komunitas hamasah http://www.facebook.com/profile.php?id=100002738965687

6.dan komunitas pena santri http://www.facebook.com/profile.php?id=100000760083208

7. Catatan Perjalanan+Biodata disatu-file-kan kemudian kirim dengan attachment ke rumahhamasah@yahoo.com. Tulis di Subjek : CAPER-KESAN+nama+judul Catatan Perjalanan, contoh : CAPER-KESAN+PRIAN+DI GALUNGGUNG AKU BERNAUNG

8. Deadline 04 November 2011 Pukul 23.59 Sebarkan info lomba ini di catatan Fb atau Blog, tag minimal 20 teman fb dan Hamasah Komunitas

9. Semua naskah yang masuk menjadi milik panitia.


***

Catatan terbaik ke-1 berhak mendapatkan hadiah : 1 buku Pohon Keberuntungan, 2 buah buku Hamasah Komunitas dan souvenir menarik dari Hamasah.

Catatan terbaik ke-2 berhak mendapatkan hadiah : 1 buku Pohon Keberuntungan, 1 buah buku Hamasah Komunitas dan souvenir menarik dari hamasah.

Catatan terbaik ke-3 berhak mendapatkan hadiah : 1 buku Pohon Keberuntungan dan souvenir menarik dari Hamasah.

30 naskah terbaik akan diterbitkan Hamasah Komunitas.

10 naskah terbaik berhak mendapatkan bukti terbit.

Penyumbang naskah yang dibukukan tidak akan mendapat royalti. Keuntungan dari buku akan digunakan untuk pemberdayaan anak yatim.



Salam Hamasah

Hamasah Komunitas www.rumahhamasah.wordpress.com

Komunitas Pena Santri www.pena-santri.blogspot.com

monggo di share :)



Selasa, 13 September 2011

"BUAIAN MIMPI INDAH"

Di Balik Tirai Hujan …
Kulukiskan kisahku, tentangmu.

Kemarin, rindu membakar harap dalam kalbu untuk sebuah perjumpaan. Menciptakaan asa yang tak biasa akan sebuah kebersamaan, seperti dahulu. Kebersamaan yang senantiasa menebar bahagia tak ternilai. Kebersamaan yang begitu indah dalam bingkai “kasih”; di bawah gubuk “cinta”, di atas altar sang “Maha Cinta” dan di tengah-tengah orang “terkasih”. Sungguh tak ada kebersamaan seindah berkumpul dengan keluarga. Ya… keluarga adalah harta paling indah dalam hidup. Dialah permata yang tak tertandingi kemilau indahnya. Tempat menumpahkan segala suka dan duka yang membanjiri raga. Ah…rindu, selalu menjadi penghias dalam hidup yang kujalani. Terkadang manis namun kadang juga terasa pahit bila tak bersambut dengan pertemuan. Itulah “rindu”.

Setelah seharian penuh menjalani rutinitas seperti biasa, maka saatnya raga beristirahat. Sebab mata sudah tak sanggup menahan kantuk. Kupejamkan mata hingga terlelap. Setelahnya, ada hal berbeda yang terjadi, sosok yang kurindu itu hadir. Begitu nyata di pelupuk mataku. Menghadirkan kasih dalam bingkai cinta yang tak biasa. Ah…dia, sosok itu, sosok yang selalu kurindu menjelma nyata di hadapanku. Ibu…ya ibu tercinta. Ia hadir menemani malamku.

Saat itu ntah pada moment apa, aku tak tahu. Kulihat orang-orang berbondong-bondong menuju suatu tempat. Tempat apa itu? Aku jua tak tahu, samar. Di tengah kerumuman orang-orang aku mencari sosok itu karena aku telah kehilangan jejaknya karena terlalu ramai. Kutolehkan ke belakang berharap ada sosok itu di sana. Samar-samar kulihat ayah menggandeng tangannya dengan mesra, mesra sekali. Namun ia tak berdua, ada seorang bocah kecil pula mendampinginya, ia adalah keponaanku. Sesaat kemudian kupanggil keponaanku dan kugandeng jemari mungilnya. Akhirnya kami berjalan beriringan, di sebelahku ada seorang ibu paruh baya, ialah tetanggaku.

        “Lel, kenapa kok kamu begitu cuek pada ibumu. Biasanya kamu begitu dekat dengannya.?”
Deg…tiba-tiba saja aku sadar saat aku memanggil firja, keponaanku. Aku sama sekali tak memandang wajah seseorang yang bergandengan dengan ayahku, yakni ibuku. Seketika, kupalingkan wajahku mencari sosok itu yang berjalan di belakangku. Aku tersenyum padanya, ia pun membalas senyumku. Manis, manis sekali. Senyuman yang telah lama tak kujumpai, senyuman yang selalu kurindu menjelma nyata di pelupuk mataku. Kemudian kami meneruskan perjalanan kembali, di tengah perjalanan air bening jatuh merembes membasahi pipi, kudekap seseorang yang berada di sebelahku yakni kak Sarmiani, tetangga dekat rumah. Kutumpahkan air mataku di sana. Ntah apa yang membuatku menangis, aku sungguh tak mengerti. Tak lama kemudian, jalanan yang tadinya ramai oleh kerumunan orang tiba-tiba saja menghilang, kutatap sekelilingku demi meyakinkan kembali tatapan mataku, senyap. Yang ada hanya sepi. Aku terbelalak, saat menyadari bahwa aku berada di atas tempat tidur. Ya… aku bermimpi, bermimpi bertemu dengan almarhumah ibunda yang telah dua tahun kembali ke PangkuanNya.

Cinta yang tak biasa telah menebarkan kasih tak terlupa. Rindu yang kemarin membelenggu hati terobati sudah. Allah selalu punya cara yang tak terisyaratkan dalam memenuhi harap setiap hambaNya. Saat kerinduan kemarin menjelma nyata dalam sebuah perjumpaan, meski tak senyata yang kumau. Di alam mimpi, Allah telah mempertemukanku dengannya, sosok yang dua tahun ini memenuhi rongga kerinduanku. Buaian mimpi yang begitu indah, saat aku dapat menatap sunyuman manis itu. Senyuman yang telah lama tak terlihat. Senyum…ya semoga saja ia memang selalu tersenyum berada di dekatMu. Dalam bingkai kerinduan, kusapa kau dalam lirih do’a. Kan kuabadikan mimpi manis ini agar tak lenyap ditelan masa.

Binjai, 14 September 2011

KEMBALI MERINDU


Menjelang Maghrib ...

        Sepi merengkuh raga. Dalam sendiriku dengan menghadapi setumpuk pakaian yang sedang kurapikan, ada rasa yang berbeda menghampiri jiwa. Rasa yang tak biasa namun sering kualami.
Kangen ... hanya itu. Kangen akan keberadaan almarhumah Ibunda yang telah kembali ke pangkuanNya. Dalam diam kutatap sekelilingku, berharap ada bayangnya di sana. Namun sayang, semua hanyalah harap yang takkan mungkin kudekap. Alamku telah berbeda dengannya bagaimana mungkin aku bisa bertemu dengannya di dunia ini.

       Saatku tersadar, ternyata setitik  air bening telah jatuh membasahi pipi. Tak mampu menahan tangis. Rasanya ingin kulampiaskan rasa kehilangan dan kerinduanku ke kasur empuk, mendekap bantal dan kuhamburkan air mataku di sana. Namun kembali aku tersadar, percuma saja kutangisi, sebab tangisku hanya akan membuatnya sedih di alam sana. Dalam lirih, do'a tulusku mengalun syahdu dalam kalbu.

      Sebab permintaan ampun dan doa seorang anak yang shalih bisa bermanfaat bagi orang tuanya, sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam hadits bahwa Allah akan mengangkat derajat kedua orang tua apabila anaknya sudi memintakan ampun untuk mereka. Jadi bukan berarti seorang anak tidak dapat mengerjakan birrul walidain ketika kedua orang tuanya telah tiada, akan tetapi berbuat baik kepada kedua orang tua tidak terbatas hanya dalam masa hidupnya, tapi bisa juga setelah ketiadaannya. Di antara hal tersebut adalah dengan mendoakannya, memintakan ampun baginya. Ini termasuk amalan yang dilakukan seorang anak dan memberikan manfaat bagi orang tuanya.

      Dan mendoakan mereka bukan hanya melalui lisan kita, tapi bisa juga dengan cara meminta kepada orang yang shalih supaya mendoakan kebaikan, hidayah dan petunjuk bagi kedua orang tua kita. Usaha maksimal harus ditempuh oleh seorang anak yang berbakti untuk kebaikan dan keshalihan bapak ibunya.

maghrib menyapa ...

      Kusucikan diriku dengan berwudhu dan kutunaikan shalat maghrib. Kukerjakan dengan lebih khusyuk dari biasanya sampai tahiyat akhir. Dalam do'a seusai shalat kembali air mataku jatuh saat kusenandungkan do'a untuk bunda tercinta, tapi kali ini lebih deras dari sebelumnya.Ya...Allah sampai kapan kerinduan ini mendekapku? Bagaimana keadaannya di sisiMu? Ya Rabb...jagalah selalu dirinya seluas penjagaanMu.

Ibu ...
Meskipun keberadaanmu tak lagi ada di dunia
Namun kasihmu masih terasa mengalir dalam darahku
Sayangmu masih membekas dalam raga ini
Takkan tergantikan

Ibu ...
Meski kini telah ada pengganti sosokmu di rumah mungil kita
Namun tebaran cinta nan ia suguhkan
Tak sehangat cinta nan kau persembahkan
Tak tertandingi

Ibu ...
Kaulah segalanya bagiku
Tak akan ada nan mampu menggantikan sosokmu
Secantik dan sebaik apapun ia
Karena cintamu akan terus terpatri dalam hati ini

Ibu ...
Takkan ada nan mampu menandingi
Tulus cinta dan sayang nan kau beri
Sebab kasihmu tak berhujung
Dan tak bersekat

Ruang Inspirasi, 13 September 2011
Antara Impian dan Trauma


Sebagai seseorang yang baru belajar dan menekuni dunia kepenulisan, buku pasti menjadi pedoman paling penting untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis. Sebab dengan membaca, banyak pengetahuan baru yang didapat dan bisa kita urai menjadi bait-bait tulisan. Dengan membaca pula kita dapat mengetahui banyak hal tentang ketentuan-ketentuan dalam menulis. Maka dari itu, aku pun mulai mencoba menyisihkan uangku setiap bulannya untuk membeli buku demi menambah koleksi buku yang masih sangat minim kumiliki.

Jujur saja, terkadang aku iri dengan teman-teman penulis lainnya yang telah menyukai dunia kepenulisan sejak kecil, sedangkan aku? Hobi baca saja baru kutekuni kembali pada awal 2011 meski ketika menduduki bangku SD aku sangat menyukainya, namun sayangnya aku sempat meninggalkannya. Menyesal? Tentu. Namun di usiaku sekarang aku tak mau menyia-nyiakannya lagi. Aku ingin benar-benar mencintai dunia baca dan tulis dan tak ingin melepaskannya dalam lingkaran kehidupanku hingga batas yang ditentukanNya.

Aku juga iri melihat teman yang berfoto ria dengan narsisnya bersama koleksi buku-buku mereka yang cukup banyak. Menatanya dengan sangat rapi dalam lemari kaca. Membuat perpustakaan pribadi di rumah mereka. Aku ingin mengikuti jejak mereka, maka karena keirianku itulah muncul ide gilaku untuk rutin membeli buku setiap bulannya. Bahkan aku juga sangat rajin mengikuti kuis-kuis berhadiah buku, hanya untuk menambah koleksi perpustaan pribadiku. Berharap suatu saat perpustakaan pribadiku menjadi perpustaan umum yang dapat dipinjam oleh siapapun. Bukankah berbagi ilmu lewat tulisan ataupun buku adalah hal yang mulia dan patut dibudayakan. Apa salahnya bila kucoba sejak sekarang. Alhamdulillah Allah kasih jala buatku untuk mewujudkan impianku. “Setiap niat baik pasti ada kemudahan” dan itu nyata kualami sebab aku sering memenangkan kuis. Meski memenangkan lomba belum pernah, namun tak mengapalah ^_^. Hidup adalah proses dan saat ini adalah proses pembelajaran bagiku dalam segala aspek.

Namun baru saja niat itu memenuhi relung hatiku. Ada sesuatu yang agaknya mencoba mengubur niatku tersebut. Seorang sahabat yang tergabung dalam “Sembilan Keping Hati”  telah mengecewakanku. Sebuah buku kumpulan novelete yang baru saja kubeli dan belum sempat kukhatamkan seluruhnya dipinjam dan belum dikembalikan hingga kini. Hampir tiga bulan lamanya buku itu berada di tangannya namun belum jua ia kembalikan.
Pada kesempatan yang ada aku pernah bertanya padanya
         “Sri, bukuku udah selesai kamu baca? Dibawa nggak?”
         “Oh udah selesai sih, tapi nggak kubawa, kamu sih nggak mau mengingatkanku lewat sms.”

Satu kali alasannya bisa kuterima. Beberapa waktu kemudian ketika bertemu di kampus kuajukan lagi pertanyaan yang sama, jawabanya membuatku sangat kesal
            “Sri, dibawa nggak bukuku?”
            “Nggak. Kamu nggak nyuruh bawa, ya nggak kubawa,”
            “Jadi kalau diingatkan dulu baru kamu kembalikan. Niat mengembalikan nggak sih?”

Emosiku mencuak, aku tak mampu mengontrol amarah. Teman-teman yang lain terdiam melihat ekspresiku yang tidak seperti basanya. Aku memang tak pernah berucap kasar apalagi pada sahabat-sahabat karibku yang tergabung dalam “Sembilan keeping hati”.

Akibat ucapan kasarku itu ia tak lagi pernah membalas setiap sms yang kukirimkan. Ucapam hari lebaran pun sama sekali tak ada respon darinya. Ketahuilah teman ... emosiku hanya sesaat!!! kini kebencian itu telah punah. namun akibat luka yang kutorehkan, komunikasiku dengannya agak merenggang. Menyesal ? tentu. Menyesal karena meminjamkan buku dan menyesal telah berucap kasar padanya, sahabatku.

Sejak saat itu aku jadi enggan meminjamkan buku pada siapapun. Aku trauma meminjamkan buku meski kepada sahabatku sendiri. Lantas, akankah aku harus mengubur impianku dalam mewujudkan sebuah “Taman Bacaan Umum” yang berawal dari perpustakaan miniku. Entahlah. Semoga ada keajaiban di balik niat baik ini. Amin.

Binjai, 12 September 2011

Berteman Sepi Dalam Pekatnya Malam

         Malam kian merambat menuju peraduannya, mata pun mulai lelah berada di depan layar monitor. Meninggalkannya? Aku jua tak mampu, sebab di sinilah kutemukan dunia baru dalam hidupku. Memberikan energi positif di sisa usia yang ada. Dari sini pula aku mulai mempu memaknai kehidupan. Dan aku tak ingin menyia-nyiakan waktu, kesempatan dan fasilitas yang ada. Aku ingin menjadikan hal yang lebih bermakna di sisa usiaku. Sebab aku tak tahu sampai kapan ruh ini setia menemani ragaku. Aku tak tahu kapan ajal kan menjemputku. Maka aku sangat ingin mengabadikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain.

        Hari ini waktu serasa begitu lama berlalu, lelahku pun tak terbendung, kantukku tak tertahan. Serasa ingin merebahkan tubuh sejenak di atas kasur empuk demi melepas penat yang bergelayut setelah seharian penuh menjalani rutinitas sebagai operator warnet. Membayangkan berada di kasur empuk membuat mataku serasa tak mampu bertahan dalam kondisi mata terbuka. Mata sudah sangat ingin terpejam, hendak istirahat karena kelelahan. Namun apa daya, sebagai seseorang yang menjalankan usaha milik keluarga, tentu aku memiliki tanggung jawab penuh di dalamannya. Tak ingin mengecewakan mereka.

         Malam ini, abang kerja dari sore hingga tengah malam nanti. Terpaksa aku yang menjaga warnet sendirian. Sepi terasa membelenggu jiwa. Kakak ipar sudah asik dalam buaian mimpi indahnya, begitu pun adikku.Tinggallah aku seorang diri, bersama dua orang client lelaki yang sedang bermain. Cemas, sesuatu yang tak terelakkan setiap kali berada dalam kondisi seperti ini. Sebab ini bukan kali pertama terjadi. Aku sangat takut berada di antara lelaki yang bukan mahramku. Terlebih lingkungan tempat tinggalku ini memang bukanlah tempat yang baik dalam berprikelakuan, menurutku. Namun dalam senandung dzikir yang tak henti kulafaskan dalam batin, aku berharap takkan ada hal buruk menimpaku.Semoga.

           Sesaat sebelumnya saat aku memeperhitungkan sisa waktu seorang client yang tengah asik bermain game online, aku sudah memperkirakan bahwa aku pasti sudah dapat beranjak ke pembaringan pada puku 23:00 wib. Namun kenyataan berkata lain, belum juga waktu anak kecil  itu habis, dua orang pemuda remaja dating menuju warnetku dan ingin memanfaaatkan paket hemat ( paket malam). Dalam kondisi sedikit kesal kulayani pula, tak baik pula menolak rejeki dariNya, batinku. Terpaksa aku begadang sembari menunggu abangku pulang kerja. Sepi, senyap, hanya alunan lagu-lagu bernuansa mellow yang sengaja kuputar untuk mengobati kantukku yang kian hebat.
Ruang Inspirasi, 12 September 2011

Kamis, 28 Juli 2011

PERJUMPAAN KEMBALI

NURLAILI SEMBIRING

Keutuhan rasaku tak mampu lepaskan asa
Saat tatap mata menyibak tabir nan tersembunyi
Keteguhan rinduku tak mampu menusuk lemahnya jiwa
Hingga hati terbentur pada keangkuhan rasa nan abadi

Perpisahan sempat menyisakan perih hati
Tak tertahan, menusuk hingga ke relung hati nan terdalam
Seonggok keinginan lahir memenuhi hasrat di hati
Namun sayang rasa tak boleh tersematkan terlalu dalam

Begitu hinanya hati, terlalu ralut dalam denting kerinduan
Hingga setitis rasa dalam hati retaskan keegoan
Tak mampu benamkan segala harap dalam perjumpaan
Sebab cinta tak selamanya terbalaskan

Hasrat hati tak mampu hapuskan arus perpisahan
Waktu masih saja menemaniku pada harap perjumpaan
Memaksa hati tuk tetap setia pada kepastian rasa
Meski semua hanyalah khayalan semu belaka

Kini, perjumpaan kembali lenyapkan keteguhan
Tetap tegak dalam kepastian perasaan
Akankah hadirkan senyum bahagia
Atau serpihan tangis dalam pilunya duka

Jumat, 22 Juli 2011

Kisah Tiada Akhir

Oleh. Nurlaili Sembiring

Bila kisahmu berakhir pada yang tak teringin
Jangan kau sesali dengan linangan air mata
Air matamu terlalu suci tuk dihamburkan
Terlebih pada sesuatu yang tak sepantasnya

Bila kasihmu hanya berjalan sesaat
Jangan kau nodai dengan sesal berlarut-larut
Hingga logikamu tak mampu berpikir rasional
Hingga hati kian bergemuruh pada jurang sesal


Bila kasih yang kau rajut terhempas
Maka berlabuhlah pada cintaNya
Rajut hati pada cinta suciNya
Sebab hanya ia pemilik cinta sejati sesungguhnya


Bila semua telah berakhir
Jangan kau benamkan dirimu pada sunyinya sepi
Jangan biarkan langkahmu terhenti
Pada rentetan waktu, kian berlalu
Regukklah cinta yang belum kau dapati
Jangan biarkan hatimu terus terpenjara

Bila kisahmu tak ada lagi
Jangan biarkan ia mati tertelan masa
Tegakkan pandangan ke depan
Tatap masa depan dalam segenap asa
Raihlah kebahagiaan baru selagi waktu masih ada
Sebab bahagia pantas nyata dalam diri kita
Binjai, 22 Juli 2011
Ruang Inspirasi

Selasa, 19 Juli 2011

Rindu Senyuman

By. Nurlaili Sembiring

Kutengadahkan wajahku
Mencoba mencari senyuman itu
Senyum yang telah lama tak kujumpai
Hingga rindu hati semakin merajai

Tak mampu kubenamkan rasa
Yang tiada henti menggelayuti angan di dada
Demi meraih senyuman manis itu
Untuk mewujudkan hasrat dalam kalbu

Bilakah senyuman itu untukku
Bahagia hati bukan kepalang
Takkan kubiarkan ia kering membeku
Kan kurawat agar terus mengembang 


Binjai 20 Juli 2011
Ruang Inspirasi

Jumat, 15 Juli 2011

BINGKAI RINDU SAMARA_ 40 KISAH SEPUTAR IMPIAN SAMARA




BINGKAI RINDU SAMARA

Buku ini terinspirasi sebuah kitab suci yang di dalamnya menguak berbagai kisah yang mengagumkan. Tentang kisah yang harus menjadi pelajaran. Tentang kerinduan yang membuncah. Tentang kebebasan yang terpenjara. Tentang Cinta, Darah dan Air mata.

Buku ini adalah luapan kerinduan “makhluk pemalu” yang tanpa aling-aling bertutur tentang hati, kasih sayang sampai urusan ranjang.

Buku ini dikemas apik untuk menghimpun kerinduan para perindu jodoh, istri yang sendiri,wanita yang memberontakdan pejantan di masa pencarian.

Buku ini adalah buah spirit 250 lebih penulis yang ingin berbagi tentang cinta, Jodoh, keluarga dan kebahagiaan.

Semoga buku ini tidak hanya mampu membuncahkan air mata, meledakkan gelak tawa, mengetuk hati tapi jugamenghimpun semuanya dalam Bingkai Keluarga Samara

Buku ini bertutur tentang :
Seperti apa jodoh impian yang didamba oleh para pria dan wanita.
Apa kegilaan-kegilaan yang dilakukan seseorang demi mendapatkan jodoh pujaan.
Apa saja peristiwa-peristiwa tragis menjelang pernikahan, saat pernikahan dan ketika menjalani rumah tangga.
Buku yang sarat hikmah dan pelajaran bagi yang belum menikah dan sedang menjalani rumah tangga.
==================================================
Diskon 10% bagi yang memesan khusus di bulan Juli 2011 dengan inbok ke
Easy Book Seller
===================================================

Judul : Bingkai Rindu Samara

Penulis : Lucky W dkk

Tebal : vii + 152 hlmn
Harga : Rp. 40.000,-  + Ongkir
ISBN : 978-979-16800-1-1

Jika teman-teman ingin membeli Buku Antologi “Bingkai Rindu Samara” ini dapat dipesan melalui on line ke Easy Book Seller dan dapatkan diskon 10% khusus bagi yang memesan di bulan Juli 2011, dengan mengirim inbox (email) sebagai berikut :
Nama Pemesan
Alamat kirim buku  
Jumlah Eks buku
Hp/email

Promotor                    :  Nurlaili Sembiring


Rabu, 06 Juli 2011

Asa Yang Terpasung


By. Nurlaili Sembiring

Kala ujian menyapa jiwa
bunga hati menjadi duka
Pikiran kacau tiada tara
Membelenggu kalbu pada denting lara

Harus bagaimana kulalui
Hidup yang bertabur uji
Bagai sembilu menusuk hati
Retakkan asa yang telah terpatri

Aku tak ingin..
Asa ini terus terpasung pada yang tak teringin
Merintih, meraung pada kesakitan
Membawa hati pada denting kekecewaan

Kuingin terbang bebas di angkasa
Melepas segenap gundah yang berkecamuk dalam dada
Seperti burung yang berkicau merdu di ujung sana.
Tiada beban, riang gembira

Oh..sampai kapan asa ini terbelenggu
Pada denting waktu yang mana ia akan tersapu
Hingga tak lagi bersemayam dalam kalbu
Dan bahagia pun dapat kutumpu

Binjai, 2 Juli 2011

Senin, 04 Juli 2011

Syafakillah, Kawan...!!!

Sebuah Persembahan Cinta Untuk Sahabat Terkasih
"Danney Dunis" Cepat Sembuh ya, Kawan...?!"

Oleh. Nurlaili Sembiring

Beberapa waktu belakang ini ada desir rasa mendera kalbu. Menjeratku pada hal yang tak mampu kumaknai. Setiap kali kulabuhkan mataku pada satu titik, tak lagi kutemui hadirmu di sana. Setiap kali kulirik beranda di sudut kanan bawah tak ada lagi namamu singgah yang menandakan kau tengah online. Tiada lagi hari-hari kebersamaan kita yang kerap kita lalui dengan canda tawa, sharing dan bercurhat ria bersama. Lalu kemanakah gerangan dirimu, Kawan? Adakah yang mampu menjawab sekelebat tanya yang singgah di kalbuku. Rasa rinduku mengalun syahdu seirama detak jantungku yang berdetak. Apakah yang tengah menderaku, entahlah. Hanya sang waktu yang mampu menjawab setiap rasa yang mengalir.
***
Selintas aku teringat saat terakhir kali kita chatting. Kita berdiskusi akan hal yang sangat penting demi mewujudkan mimpi kita bersama. Di akhir perbincangan kau menjanjikan sesuatu untukku demi kesuksesan suatu hal yang masih menjadi rahasia kita bersama tepatnya berlima. Ya...lima sekawan, Kau, Aku dan 3 teman lainnya yang tak ingin kusebutkan namanya. Sebab kuingin semua ini masih tetap menjadi rahasia kita bersama sampai pada masanya ketika sebuah kejutan akan kita hadiahkan kepada para sahabat dan sanak saudara kita.

Keesokan harinya sapa seorang teman mengejutkanku. Ketika rasa bahagia atas mimpi baru yang ingin kudekap indah tengah merekah, suatu kabar yang ia sampaikan membawaku pada denting lara.

        " Mbak Danney sakit, so dia tidak bisa memenuhi janjinya. Kalau berkenan mbak aja yang menyelesaikannya sendiri" pesan singkat yang singgah di wall-ku
Seketika lirih hatiku berucap "Masya Allah, Danney sakit? sakit apa? baru kemarin aku chatting dengannya"

Dalam denting rasa khawatir yang membuncah kucoba tenangkan hatiku. Mencoba memaknai setiap rasa yang hadir. Sungguh manusia memang tak mampu meraba apa yang akan terjadi bahkan sedetik kemudian.

Cinta, itukah yang tengah menjeratku. Tetapi mungkinkah sebuah cinta dapat hadir pada seseorang yang belum diketahui wujud aslinya ??? Hingga di bulan ke-6 aku terikat pertemanan dengannya melalui situs jejaring sosial facebook aku hanya dapat menatap wajahnya di balik layar monitor. Hanya bisa menatap fotonya yang hanya berjumlah minimal. Namun kucoba tuk tetap menerjemahkan rasa. Cinta karena seiman, itulah yang membuat nadiku seolah berjalan seiringan dengannya. Cinta atas sebuah jalinan ukhuwah memang tiada duanya. Tak memandang dari segi wajah dan rupa, tak memandang status maupun materi.

Duhai sahabat, maafkanku yang telat mengetahui akan sakit yang kau derita. Kawan semacam apa aku yang tak mengetahui akan hal itu. Seketika sebuah sesal mendera batinku. Sesal karena nomor hape-mu pun belum ku-save, padahal kau pernah memberikannya padaku. Disebabkan handphone-ku yang beberapa waktu lalu hilang, aku selalu mengabaikan no HP teman-temanku. Sebab percuma aku save  bila aku tak dapat menghubungi mereka. Begitupun ketika teman meminta no HP-ku, aku seperti enggan memberinya sebab aku takut ia kecewa ketika menghubungi nomorku, tidak aktif. Sebab, untuk saat ini aku hanya dapat mengecek sesekali kartuku  pada kesempatan yang ada. Aku selalu berpikir, bahwa dengan adanya jejaring sosial aku masih dapat terhubung dengan teman-temanku. Namun ternyata aku salah, HP_ juga sangat penting untuk menjalinan sebuah hubungan dengan orang lain. Ah...semoga atas rejeki yang dilimpahkanNya, aku dapat memiliki handphone lagi agar bisa terhubung dengan teman-teman dan saudara-saudaraku di luar sana. Amin.

Kawan, inginku kusampaikan doa tulus padamu, namun untuk saat ini aku hanya mampu mengadu padaNya, agar sebuah kesembuhan kan diberikanNya untukmu. Cepat sembuh ya, Kawan...?!
Aku masih ingin menuntut janjimu, oh...bukan..., bukan janjimu melainkan aku yang memintanya yakni membuatkanku cerpen yang telah ku-request beberapa waktu lalu. Namun aku tak mau memaksakanmu bila kau tak dapat memenuhinya. Dan aku juga tak ingin mengikatmu pada janji yang kemudian akan membuatmu hutang janji denganku. Aku hanya ingin kau dapat menggoreskan pena lagi. Cepat sembuh ya, Sayang..." ^_^

========================================

Rasa lain yang juga kurasakan saat ini, aku tak dapat terhubung dengan kakak angkatku. Sudah ada seminggu ia tidak online. Padahal sebelumnya obrolannya selalu aktif menggunakan e-buddy. Khawatir juga aku dibuatnya terlebih ketika aku membaca statusnya yang sepertinya tengah terjerat suatu masalah. Sahabatnya yang sering terlihat online pun tak pernah kulihat lagi. Ada apa denganmu, Kak..??? Semoga kau baik-baik saja. Lirih do'aku atas nama adikmu akan terus mengalir dalam batinku.

Minggu, 03 Juli 2011

Resensi Novel Harmoni Cinta di Ujung Senja

                                      
Buku : Harmoni Cinta di Ujung Senja
Penulis : Endang Ssn
Penerbit : Leutika Prio
Cetakan Pertama : Maret, 2011
Kategori : Novel
Tebal :  x + 160 halaman


Harmoni Cinta di Ujung Senja adalah novel pertama karya Endang Ssn, yang diterbitkan oleh Leutika Prio pada tahun 2011. Novel ini bercerita tentang seorang wanita yang berupaya menjemput mimpi demi membahagiaan kedua orang tuanya juga perjalanan cintanya yang selalu berakhir memilukan.

Membaca Novel perdana Endang Ssn saya merasa berada pada posisi Shinta, tokoh wanita yang begitu berprestasi dalam perjalanan karirnya. Dan saya yakin, semangat seorang Shinta demi mewujudkan mimpi menjadi nyata patut menjadi contoh bagi setiap pembaca bahwa mimpi sudah sepatutnya dijemput bukan dinanti. Dan dia telah membuktikan akan  kekuatan mimpi sebab semua berakhir nyata di hadapannya

Novel ini juga menceritakan keberhasilan Shinta dalam karir  dan prestasi yang sangat membanggakan. Namun tidak termasuk soal cinta. Sebab kegagalan selalu menjadi bumbu pahit dalam perjalanan cintanya. Sebentuk  ketulusan yang ia tanam dalam menjalani kehidupan kerap kali berakhir dengan hal yang tak teringin. Sebentuk kesetiaan yang ia tanam demi sebuah cinta pada seseorang selalu berakhir perih. Bahkan hingga batas yang tak sedikit.

Banyak sekali yang dapat kita petik dari kisah -kisah yang ada dalam novel ini. Salah satunya tentang "the Power Of Dream (kekuatan mimpi)" Di mana semangat seorang Shinta dalam mengejar mimpinya yang penuh tantangan dan cobaan telah mampu ia lewati. Prestasi gemilang serta karir yang melonjak tinggi. Kenapa..?? Sebab ia selalu menyerahkan segala keputusan kepadaNya. Tak hanya itu indahnya hidayah dari Allah juga turut ambil bagian dalam isi novel ini. Sangat jelas terukir betapa indahnya HidayahNya yang telah ia jemput dan bukan dinanti.

Menjelajahi seluruh  isi novel ini, saya merasa ada  sesuatu yang mengganjal dalam buku ini Tokoh Aryo Andriyanto yang dikatakan taat beragama akankah mengingkari janji hanya demi sebuah kesuksesan. Bukankah semuanya adalah cobaan yang harus dilewati dengan kesabaran dan berserah diri padaNya. Jadi membacanya terkesan seperti menonton film sinetron yang selalu membanggakan harta, tahta dan kekayaan. Tapi keimanan seseorang memang selalu pasang surut.

Namun biarpun demikian, tak mengurangi pesan yang hendak disampaiakan oleh pnulis kepada penikmat baca, Sebab:

  • Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir seakan pembaca mengalami berbagai problema yang melilit sang tokoh




  • Penulis mengajak pembaca mendalami makna cinta dan takdirNya dengan bahasanya yang menyejukkan




  • Kisah-kisah hubungan antar manusia (kisah cinta) digambarkan secara menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.
  • Surat Terbuka Untuk Berjuta Ummat

    Teruntuk : Para Pemilik Jiwa
    Di,
    Belahan Bumi Allah

    Sore mulai menyapa, ada gerimis yang seketika membawaku pada sekeping lara. Menghantarkanku pada gejolak jiwa yang tak terkontrol pada amarah dan kebencian. Saat membayangkan suatu hal yang sama sekali di luar dugaan manusia yang menatap. Sungguh rahasiaNya memang selalu terjaga rapi. Tanpa satupun yang mampu membongkarnya. Sebentuk kasih mengalir dengan derasnya sesaat setelah geliat pilu merayap nyata di depan mata.

    Duhai Pemilik Jiwa,
    Surat ini kutujukan untuk kita semua insan pemilik jiwa. Aku tak tahu lagi lewat mana kuungkapkan segenap rasa. Tak tahu lagi jalur mana yang harus kutempuh demi menumpahkan segala asa yang berkecamuk di dalam dada atas serpihan hati yang tersayat luka, perih. Dunia bagaikan persinggahan tak berarti bagi mereka. Tak ada kepedulian antar sesama yang dibangun. Begitu sulitkah menumbuhkan rasa cinta di hati. Mungkin, bagi sebahagian orang tapi tidak berlaku denganku.

    Duhai Para Pemilik Jiwa
    Di balik panasnya sinar mentari yang menghangatkan tubuh, ada cinta yang seketika tumbuh di hati saat menatap sebentuk jiwa yang tiba-tiba tersungkur menghantam sebuah tembok besar yang berdiri kokoh. Miris hati ini saat menatap ketidak perdulian mereka atas apa yang terjadi. Beberapa pasang mata yang ada hanya memandangi yang terjadi tanpa mengulurkan tangannya tuk membantu. Menatap bocah yang mengatupkan tangannya di dada seraya memohon bantuan demi abangnya yang telah tergeletak tak berdaya di tepi parit dengan berlumur darah, namun tak seorangpun yang tergugah hatinya tuk menolong. Begitu kejamnya manusia yang punya hati namun tak berHATI.

    Duhai Jiwa-jiwa berhati,
    Tak sanggup kumenatap tangis yang memecah panasnya sinar mentari saat seorang ibu menangis sejadi-jadinya, mendengar kabar mengejutkan. Seorang anak lelakinya tertimpa musibah, kecelakaan. Aku tak mampu meraba perih hati yang ia rasa. Namun aku yakin hatinya pilu tak terkira.

    Duhai Pemilik Hati dan Jiwa,
    Tidakkah kau sadari andai kata yang tertimpa musibah itu adalah sanak saudaramu. Anakmu, Istrimu, atau Ibumu, bagaimana perasaanmu? Begitu tegakah kau membiarkannya mati perlahan dengan tubuh bersimbah darah. Tak bersimpatikah kau menolong serta menyelamatkan nyawanya yang telah sekarat. Bukankah kita adalah manusia yang berkehidupan sosial di mana kita tak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Jangan kau biarkan hatimu terus terkatup rapat tanpa belas kasihan setetes pun. Sebab takkan ada yang tersia dari segala yang kita lakukan di dunia. Sebentuk ketulusan yang kita semai pasti akan mendapat balasan dariNya. Tidak sekarang, tidak di dunia, mungkin nanti di akhiratNya kelak dengan surga yang terbentang luas yang kita nikmati sepuasnya. Sungguh, tak ada istana terindah selain surgaNya.

    Dari Pemilik Jiwa

    Yang mencoba menumbuhkan cinta pada sesama tanpa pandang agama dan status


    *Tragedi Berdarah
    Senin, 30 Mei 2011
    At: 15.10

    Selasa, 28 Juni 2011

    Short Story in Tongging

    Kisah tak terlupa
          Unforgettable Moment

    Tongging , JUNE 26th 2011

            Memasuki daerah dengan penduduk yang mayoritas bersuku karo dan batak, berbalut udara yang cukup dingin dan suasana yang sangat asing kurasa seakan membawa jiwa ke ranah dunia yang tak biasa. Sebab ini merupakan kali pertama daku menjejakkan kaki ke daerah yang disebut Sipiso-piso dan juga Tongging yang merupakan daerah pegunungan di Berastagi Sumatera Utara. Di daerah ini beberapa diantara kami memang telah pernah menapak jejak, walaupun bagi sebagian yang lain, ini adalah pengalaman pertama. Jalan yang menikung tajam, dengan tebing dan jurang yang terjal dan siap melahap setiap tubuh tanpa kompromi. Disanalah kurasakan betapa hebatnya kekuasaan atas alam ciptaanNya. Bagaimanapun hanya sebuah kepasrahan manusia yang harus menjadi pelajaran paling berarti, bahwa tak layak sebuah kesombongan merangkul keangkuhan rasa. Karena  kita tiada daya apapun atas KuasaNya.


                                                                                        ***
           Malam yang dingin disanalah kami berkumpul di rumah salah satu sahabat dalam menanti pagi demi keberangkatan menuju lokasi yang dituju. Berjam-jam kami lewati kebersamaan dengan kesibukan masing-masing, ada yang sibuk memasak untuk bekal disana, ada yang asik bercengkrama, ada pula yang menghabiskan malam dengan menonton TV tapi ada juga yang terlelap dalam buaian mimpi salah satunya daku sendiri, hehe. Semua kami lewati dalam kebersamaan yang begitu  indah. Sungguh nikmat yang luar biasa dalam jalinan ukhuwah.

           Dingin semakin merasuk ketika waktu berdetak semakin malam hingga pagi menjelang. Tepat pukul 2 dini hari semua diantara kami sibuk berberes ria demi mempersiapkan segala keperluan di tempat yang dituju. Tapi sayang, rencana yang bermula berangkat pukul 3 pagi terpaksa mundur hingga berjam-jam. Kesal, ya tentu kekesalan juga sempat merasuk jiwa-jiwa berhati di antara kami. Dikarenakan Bus yang kami carter tak jua datang hingga jam yang kami janjikan tiba. Namun…keoptimisan kami untuk dapat menatap keindahan alam di Tongging tak menyurutkan niat kami untuk berangkat. Segala daya dan upaya kami lakukan untuk dapat segera berangkat termasuk menghubungi sopir yang bersangkutan hingga mengunjungi beskem Bus tersebut. Hingga kepastian atas keberangkatan pun mampu menenangkan hati dan jiwa kami. Tak sabar rasanya menatap dan merasakan suasana asri di lokasi. Ah…betapa indahnya.

            Tepat pukul 04:30 Bus yang dinanti pun tiba di lokasi, tempat kami menanti. Meski berjam-jam lamanya kami habiskan waktu menanti namun tak mengapa, semua takkan menyurutkan langkah kami tuk menatap indahnya panorama alam di Tongging. Persimpangan jalan menjadi tempat pilihan bagi kami dalam menanti Bus, sebab ketaksabaran berangkat sungguh telah bergelayut di dalam dada.

           Kebahagiaan merengkuh kami pada rasa saat perjalanan dalam sebuah Bus menyatukan hati-hati kami dalam bingkai ukhuwah dan jalinan persahabatan. Inilah kami para petualang yang tetap semangat demi menaklukkan suasana di akhir pekan yang ceria, setelah menghabiskan waktu tiga hari lamanya bergelut dalam UAS. 23 orang dalam 1 BUS sudah cukup bagi kami untuk menghangatkan suasana di pagi hari yang hening dan dingin apalagi Bus yang mengangkut kami Full AC hingga suasana yang kami arungi semakin dingin mencekam namun kembali hangat dalam bingkai persahabatan..

             Sesampainya di lokasi tepat pukul 09:00 pagi, dimana perut sudah mulai minta untuk segera diisi maka kami pun segera mencari tempat persinggahan yang asik, demi mengisi perut yang kosong. Tapi dasar manusia super narsis, di setiap sudut jalan tak lepas dari jeprat jepret kamera. Yah…namanya juga pengalaman pertama jadi sah-sah saja rasanya jika harus menjadi manusia super narsis sesaat.

             Seketika mataku terbelalak menatap sebuah pemandangan indah di ujung sana. Menerawang jauh ke sebuah air terjun yang jatuh dari ketinggian yang tak biasa. Subhanaallah pemandangan yang indah, terbesit dalam dada untuk mengarungi langkah menuju ke dasar air terjun tersebut. Namun mampukah daku turun dengan jalan berliku lagi terjal demikian…???Aku tak mampu menerkanya, tetapi kulihat banyak jua para akhwat yang menaklukkan jalan nan terjal tersebut hingga sampai pada dasar tepat di bawah air yang jatuh lurus dengan ketinggian yang luar biasa tersebut. Hingga hasratku pun menjulang tinggi untuk meraihnya.



          Setelah mengisi perut dan berfoto-foto ria sejenak, kami pun tak lagi pikir panjang untuk turun dan menaklukkan jalan nan terjal tersebut untuk meraih air terjun tersebut. Tak heran memang bila dikata lokasi ini adalah Sipiso-piso, sebab jalan tersebut memang begitu tajam dan siap menerkam setiap nyawa atas kehendakNya. Bermodal Bismillah kami arungi setapak demi setapak jalan nan berliku lagi terjal tersebut demi mencapai dasar yang dituju. Sempat terbayang, bagaimana jika bencana mendekap kami disini, maka tak ada jalan untuk meminta pertolongan selain kepadaNya. Seperti inikah gambaran kita kelak di padang mahsyar ? Ketika hanya amal yang dapat menolong kita dari setiap ujian yang terlewat. Ada yang bergemuruh dalam hati, nadi berdenyut lirih dalam sebuah janji untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya

           Bukan hal mudah menuju dasar air terjun tersebut. Stamina yang mantap dengan kemauan keras untuk menaklukkan rasa lelah menjadi salah satu faktor yang harus dikalahkan, pada diri setiap petualang. Bagi akhwat, mungkin memang butuh perjuangan keras menjalani hal ini, tapi disanalah sebuah pembelajaran dan pengalaman baru mulai kutempuh. Bagiku…Perempuan tak hanya soal fashion dan kosmetik atau kelemahlembutan semata, bukan pula hanya berteman air mata setiap kali menghadapi masalah. Tetapi sebuah ketangguhan juga yang harus dimiliki. Perempuan harus kuat dan tangguh sebab hidup tak pernah membedakan kita dalam setiap ujianNya.


         Maka di sepanjang perjalanan kutahan suaraku tuk tak bersua demi menahan lelah yang mungkin menggeluti raga sesaat. Sebab bila terlalu banyak berbicara rasa lelah pasti mendekapku dan mungkin aku takkan sanggup sampai pada dasar air terjun tersebut. Bermenit-menit waktu yang kami butuhkan demi mencapai tujuan, hingga dingin terasa merasuk jiwa setelah percikan air terjun tersebut mengenai raga meski jarak kami berkisar 5-10 meter dari air tersebut.  Namun kelelahan hilang sesaat setelah merasakan sejuknya suasana disana diselingi berfoto-foto ria.

           Tak banyak waktu yang terlewat disana, kami pun segera mendaki demi mencapai beskem kembali. Sebab perjalanan kami belum usai, kami jua harus menempuh jarak menuju Tongging yang merupakan pecahan dari Danau Toba. Awal menatap pulau tersebut dari puncak Sipiso-piso aku memang merasa seperti menatap Danau Toba yang memang belum pernah kukunjungi hanya saja sering kulihat di Video Klip lagu Karo, TV dan juga foto-foto yang ada.

            Tujuan selanjutnya adalah Tongging. Dengan 2 buah angkutan berwarna merah dan putih (kayak bendera aja) kami arungi setiap ruas jalan menuju arah yang dituju.. Membutuhkan waktu ½ jam menuju lokasi hingga tibalah kami di lokasi. Subhanallah kembali terucap dalam hati ketika menatap pulau yang begitu indah. Sungguh tak ada lukisan terindah selain lukisanNya. Menaiki sebuah kapal kecil menjadi salah satu pilihan kami dalam mengarungi pulau tersebut. Menatap keindahan di tengah pulau terasa begitu damai meski ketakutan jua tak dapat dipungkiri dengan cuaca yang sedikit diguyur hujan


           Menatap keindahan air yang mengalir tenang membuat decak kagum semakin nyata atas kuasa Sang Pencipta. Sungguh rona yang terpancar dari tengah lautan yang berpendar dengan suasana langit yang sedikit dirintiki hujan membuat mata tak kuasa beralih pandang. Pegunungan yang menjulang tinggi menjadi santapan mata yang tak dapat terelakkan. Manusia…Nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan??? Kami sangat bersyukur diberi kesempatan olehNya untuk menyaksikan lukisan indah ciptaanNya. Sungguh tiada arsitek sehebat Dia.

           Ah…Tongging…telah banyak kisah yang terrekam bersama rekan-rekan seperjuangan disana namun tak mampu kuceritakan setiap jejak waktu yang terlewat bersama dalam secarik kertas tak bertinta. Hanya sebuah kenangan bersama dalam menyusuri setiap sisi alam yang menjadi catatan indah tak terlupa. Tongging…kaulah yang menjadi saksi setiap jalinan kebersamaan di antara kami. Bersama sahabat…kebersamaan terangkai indah dalam catatan kehidupan. Semoga perjalanan yang memakan waktu tak terlalu banyak itu mampu mengikat setiap hati kita demi meraih mimpi yang satu. Sebab mimpi pantas nyata. Love You All…..

    Sabtu, 18 Juni 2011

    Menjaring Senja

    Buih-buih menepi,
    Menghanyutkan resah-resah tak bertepi
    Nan jauh di sana, pulau-pulau berbaris
    Menyibak lautku yang membiru

    Hatiku seperti bebatuan
    Yang tak gentar menghadang ombak
    Lihat! Laut menjaring senja di hadapanku.
    Warnanya bening dan terang

    Senja berjatuhan di hadapanku,
    membuatku terpaku tanpa bergegas memburunya
    Inilah warna hatiku pada waktu itu,
    andai kau tahu

    langit menyepi di atas kepalaku.
    Membiru hitam tersaput malam yang bergegas datang.
    Lampu-lampu menyala, terang
    Dan dia menepikan semua warna yang terlihat

    Lalu, senjapun berlalu di depan mataku
    Menyamar jingganya tersaput gelap.
    Dan akupun harus menyeret langkah memunggungi lautmu...

    Rabu, 15 Juni 2011

    Cinta Bertaut Kasih

     Oleh. Nurlaili Sembiring

    Di pagi berbalut mendung
    Ada rintihan rasa menyelubung
    Menyeruak kisah yang terhubung
    Hingga tercipta rindu menggunung

    Sejenak kuberpikir
    Pada siapa rindu terukir
    Hantarkan kasih yang kian mengalir
    Membelenggu rasa tiada akhir

    Oh...inikah arti sebuah jalinan
    Nadi terasa satu denyutan
    Selayak sayur dan garam yang tak terpisahkan
    Menjadi kesatuan yang tiada batasan

    Harap cemas diselingi doa kujalani
    Sebuah ikatan persahabatan yang kubingkai
    Menelurkan keikhlasan tak terperi
    Hingga cinta bertaut di sanubari

    Kan kujaga erat ikatan hati
    Agar tak terpisahkan hingga denyut nadi terhenti
    Demi menjamah jalinan cinta atas Ridha Illahi
    Berharap tak akan ada yang mampu memisahi

    Ketegaran Hati

    By. Lelly Elfirza. S

    Ruang waktu yang terbentang
    Memenjarakan asa yang melintang
    Berdiri dengan kaki cinta menopang
    Menancapkan kata hati yang tak pernah ingin hilang

    Di saat itulah aku mulai melangkah
    Menapaki jalan hidup agar lebih terarah
    Dengan segenap angan yang membuncah
    Berharap suatu saat kan terjamah

    Namun mengapa kegagalan selalu kuhadapi
    Atas segunduk harapan di relung hati
    Seolah menutup segala mimpi yang tak bertepi
    Menjadi kepingan harapan tiada berarti

    Meski kuakui…
    Perjalanan hidup memang takkan mulus seperti yang terangkai
    Namun mengapa harapanku kerap terdahului
    Hingga ketakikhlasan hati selalu merajai
    Ah…semoga semua mampu kulalui

    Kini, kucoba tuk tetap bertahan
    Senantiasa tegar dalam menjemput impian
    Sampai kutemukan jawaban dari segala penantian
    Sebuah rasa yang menguasai sekeping harapan

    Selasa, 03 Mei 2011

    Bingkisan Untuk 9 Keping Hati

     FRIEND FOR EVER


    Ini bukanlah sebuah puisi, prosa atau karya sastra lainnya. Aku hanya ingin berbagi kisahku yang terangkai dalam 9 keping hati. Yah...angka 9 adalah simbol. Angka 9 ikatan, Angka 9 adalah bagian kebahagiaanku. Angka 9 pula yang berperan dalam pencerah dalam langkahku.

    Telah banyak kenangan yang ku jalani bersama semua teman-teman yang terikat dalam 9 keping hati. Dari kenangan yang teramat sederhana, hingga pertemanan yang menciptakan suasana haru bercampur sedih. Bahkan terkadang terbisik dalam hati bahwa kenangan ini sama sekali takkan pernah dan takkan dapat terlupakan. Dan akan terbawa di sepanjang perjalanan hidup kita masing-masing.

    Dan sampai kapanpun aku tetap yakin bahwa kenangan-kenangan yang terbina selama hampir empat tahun lamanya, takkan pernah rapuh dalam suasana apapun. Takkan pernah lekang oleh waktu. Takkan pernah sirna di telan masa dan takkan pernah padam dari hantaman gelombang berdesau.

    9 keping hati yang kerap mewarnai hari-hariku adalah sahabat-sahabat yang telah meronai hidupku dengan warna indah yang tak terlupakan. Terdapat banyak rangkaian yang terukir antara kita, ada senyum dan tawa yang tercipta karena mereka, meskipun terkadang terselip raut murung akibat mereka. Ada tangis membajiri pipi, hingga suasana mengharu biru. Namun, apapun yang terjadi, aku akan tetap bersyukur akan keberadaan mereka di sisiku. Mereka adalah bahagian hidupku.


    Takkan lengkap hidupku

    tanpa adanya mereka di sisiku.

    Dalam pilu menyergap hati

    Dalam perih menyayat kalbu

    Dan dalam duka yang membuncah

    Hanya hadirmu yang kunanti



    Terimakasih teman...

    karena kau memberiku ruang di hatimu

    Terimakasih Rabb...

    Karena Engkau mengizinkanku menjadi bahagian hidup mereka.


    Rasanya baru kemarin aku mengenal Juli dan Ria yang cuek, bertemu Lona yang cerewet namun humoris, gabung ma Yoyon yang tomboy tapi imut, kenalan ma Sri yang ndut tapi lucu, Herna n Naumi yang cerdas and mandiri. Dan juga Triska yang sedikit angkuh namun satu-satunya yang telah berkeluarga di antara kami. Sungguh beruntungnya dia. Setidaknya dia lebih beruntung dariku...hehe

    Sepertinya juga masih baru, kita lalui kebersamaan kita. Seru-seruan bareng di Kampus, Makan bareng, photo-photoan, bercanda gurau bareng, ejek-ejekan,marah-marahan, pukul-pukulan hingga terkadang tak terasa waktu berlalu secepat kilat mengahantarkan kita tuk berpisah sesaat menuju ke kediaman masing-masing dan dilanjutkan hari esok yang menanti.

    Sungguh begitu indahnya kebersamaan ini. Lona alias Keong yang paling alergi sama yang namanya kamera sehingga tak jarang kami mencuri-curi waktu dan tempat untuk sekedar mengambil gambarnya, kalau ketahuan waduh, bisa-bisa dia marah banget tuh sampai-sampai berusaha ngerebut Hp kami and segera menghapus fotonya.

    Sri yang alergi makan mie tapi merupakan makanan favoritnya. Hmmm...saking doyannya makan mie dia pernah mengalami sakit perut yana luaarr biasa hingga harus memanggil keluarganya untuk dibawa pulang. Lucunya kami harus membawanya ke salah satu rumah warga di dekat Kampus emang sih ia sudah dekat sama yang punya rumah. Tapi untung aja ia masih mampu berjalan sendiri, kalau nggak waduh meski bagaimana tuh membopong tubuhnya yang super duper guede alias ndut wkwkwk. Dan tahu nggak teman tanpa ia sadari ia jungking balik di tempat tidur disaksikan teman-teman kuliah bahkan cowok. Tak hanya itu dosen juga loh. Wah...fenomena tak terlupakan. Tapi untungnya ia dalam kondisi kurang sadar diri jadi nggak begitu malu hehe.



    Yoyon si Kecot imut yang centil namun Friendly n terpopuler di Kampus. Wah...kalau yang ini nih paling bisa banget mengguncangkan dunia perkeluliahan. Jiaahh....bagaimana tidak dengan gaya centilnya itu tuh bisa menaruh perhatian banyak orang. Termasuk kaum Adam. Gadis kelahiran Madura namun berlogat Batak ini hobbinya Shoping. And setiap jalan sama dia tuh tak terlepas dari pandangan yang mengarah ke Accesories terutama Cincin. Pernah ketika ku jalan sama dia and didampingi teman-teman yang lain ia membeli cincin tiga sekaligus, waduh mau di pakai dimana aza tuh non...hihihi. Namun mahasiswi bertubuh mungil atau yang tak asing dipanggil Jojon ini sangat dikenal sama dosen-dosen tak tahu apa sebabnya tapi itulah realita.

    Triska, kalau yang ini sih sebenarnya aku telah lama mengenalnya yaitu ketika kami duduk di bangku Aliyah. Kami sempat sekelas waktu kelas X dan menjalin sebuah persahabatan juga yang pada akhirnya renggang karena pribadinya yang sombong dan angkuh membuatku tak nyaman bersamanya. Wanita lulusan pesantren ketika duduk di bangku Tsanawiah ini termasuk karakter yang nakal, suka bolos sekolah sehingga ku menjauh darinya. Namun, tak hanya aku loh, teman-teman satu sekolahan juga banyak yang membencinya pada waktu itu. Hingga terkadang aku menyimpan rasa simpati padanya karena ketiadaan teman di sisinya. Namun kini kami dipertemukan kembali di Kampus and satu kelas lagi. Seseorang yang kami sapa Mom ini mampu melenakan orang dengan kata-kata pedas namun menggiurkan. Yah...kesombongannya dalam berucap kerap kali membuat orang sakit hati. Bagaimana tidak kata-kata yang berhamburan dari lidahnya kerap menjatuhkan orang. Namun terkadang dengan ketangkasannya bersilat lidah ia mampu menyulap orang menjadi pribadi yang lebih baik.

    Juli, gadis berbadan tinggi n tegap layaknya bodyguard ini orang yang pertama kali menghiasi hidupku loh. Bagaimana ceritanya..?? yah...dia merupakan orang pertama yang ku kenal ketika menginjakkan kakiku di Kampus. Maka dari itu ia kuanggap teman terbaik dari yang terbaik..hehe. Dia juga orang pertama yang menginjakkan kakinya ke rumahku hanya jangka waktu pertemanan kurang lebih 1 bulan. Sedangkan aku baru-baru ini aza memasuki rumahnya setelah 3 tahun menjadi temannya. Hmm...maafkan aku kawan.

    Nah ada lagi nih namanya Ria, dia adalah wanita cuek yang kurang perduli sama suatu hal yang kami anggap itu penting. Dia juga sering telat ke kampus tak ada bedanya sih sama Juli hehe. Namun, mereka punya alasan yang akurat yaitu lantaran rumah mereka jauh dari Kampus, dan aku bisa terima alasan mereka masing-masing. Ria juga teman pertama yang memasuki rumahku bersama Juli tentunya. Tapi jangan salah secara diam-diam Ria adalah sosok pribadi yang dewasa di antara yang lain.

    Selanjutnya dua insan beragama Cristiani yaitu Naomi and Herna. Mereka adalah sepasang sejoli yang tak dapat terpisahkan walau hanya posisi duduk di kelas. Bahkan terkadang kami menyatakan mereka kembar. Kemana-mana selalu bersama. Namun jangan salah teman mereka punya karakter kuat loh. Cerdas and disiplin.


    Nah tiba nih bagiku menceritakan diriku sendiri hehe. Aku sendiri yang kerap disapa Lelly atau sebahagian orang memanggil biring lantaran mengenakan nama belakang tuh. Mereka menganggap aku adalah satu-satunya gadis Jomblowati Sejati yang Pendiam alias Calm Girl and memiliki suara yang halus alias tak kedengaran.hahay. Sepertinya aku tak dapat melukiskan seberapa banyak kekurangan dan kelebihan pada diriku, biarlah mereka yang menilai pribadi secara menyeluruh.

    Nah.. Itulah mereka, 9 keping hati yang berbeda karakter and sifat. Namun berpadu menjadi satu dalam sebuah jalinan persahabatan.

    Tak jarang persahabatan kami menguras emosi dan air mata. Apalagi pribadiku yang lemah, gampang ngambek n gampang sakit hati. Terkadang sulit bagiku berbaur dengan mereka yang ngomong blak-blakan tanpa memikirkan perasaan orang lain. Yah...tapi itu dulu teman, kalau sekarang ku sudah dapat menerima kehadiran mereka, karena ku sudah memahami karakter mereka satu persatu. Yang cerewet, judes, kasar, keras kepala, egois, angkuh, humoris, pendiam and ngejengkelin berpadu menjadi segumpal HATI.

    Keseluruhan di antara kami tak terlepas dari kerudung yang menutupi kepala kami dan juga yang berperan dalam sebuah Accesories Keislaman, terkecuali Naomi n Herna yang berbeda agama dengan kami. Namun itu semua bukan alasan bagi kami tuk mengasingkan mereka dari kami. Dengan perbedaan karakter, Ekonomi, dan Agama bukan alasan bagi kami tuk memalingkan wajah satu sama lain. Justru itulah yang merekat kami dalam ikatan Persahabatan. Itulah yang memadukan kami menjadi satu. Perbedaan yang ada adalah simbol bagi kami tuk tidak terlalu memilih teman. Karena bukankah ukhuwah harus terjalin pada siapapun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.






    Menjamah sebuah persahabatan memang tak cukup hanya menggoreskannya pada lembar putih bersampul indah.

    Sebab sebuah kata 'SAHABAT" menuntut sebentuk jalinan yang lahir dalam sebuah keikhlasan dan ketulusan untuk saling berbagi. Kata yang sangat berarti untuk sekedar menjadi pemanis dalam secarik pena. Dialah belahan jiwa yang selalu memberi ruang untuk mencurahkan segenap rasa, Menuangkan cerita dalam setumpuk asa dan menumpahkan segala kegalauan hati untuk saling memberi keyakinan. Dan aku ? Adalah orang yang sudah sepantasnya bahagia telah menemukan sahabat seperti kalian. Suatu hal yang takkan terhapus di sepanjang perjalanan hidupku.

    Wahai 9 keping hati.....

    Tak terasa waktu kebersamaan dengan kalian menjadi begitu singkat..

    Takkan lama lagi waktu kebersamaan kita akan segera berakhir..

    Meskipun begitu, aku bahagia kalian telah hadir di hidupku yang singkat..

    Mengisahkan sejuta kisah kebersamaan nan indah

    Meninggalkan sebuah ikatan persahabatan.



    Wahai sahabat...

    Keberadaanmu adalah kado tak terlupa

    Kau telah memberikan bingkisan terindah dalam hidupku

    Yah...bingkisan persahabatan

    yang terdapat 9 keping hati di dalamnya



    terima kasih untuk kisah yang tak akan terlupakan...

    terima kasih untuk jalinan yang penuh warna



    hanya ini yang bisa ku persembahkan ....

    hanya ini yang bisa ku ungkapkan..

    Demi satu nama yang tersemat di hati

    SAHABAT

    Add caption
     

    Minggu, 01 Mei 2011

    " Serangkaian Rindu Teruntuk Bunda "

    By. Lelly Elfirza Sembiring

    Kutuliskan rasa hatiku dalam sepucuk surat cinta yang bertintakan air samudera. Saat ia habis terkikis, aku belum dapat menyelesaikan kalimatnya. Tetapi walaupun begitu akan tetap kucurahkan setiap bait kata, sepenuh jiwa.

    Bunda....tergenang air mataku
    Terbayang akan wajahmu yang redup sayu
    Sucinya kasihmu, lembutnya belaian tanganmu
    Yang engkau hamparkan
    Bagaikan lautan yang tak bertepi

    Bunda...Kasih sayangmu yang tulus
    Sungguh teramat berarti bagiku
    Itulah harta terindah yang kau berikan padaku

    Ya....Rabb penggenggam bumi yang kami tapaki
    Ampunilah dosa-dosa Bunda
    Yang telah melahirkan dan merawatku
    Dengan kasih sayang yang tulus
    Semoga Engkau bahagia di penginapan terakhirmu


    Bunda...
             Ijinkanku mengabadikan sebait rasa cintaku padamu. Berharap ungkapan cintaku ini dapat mengobati lara di pundakmu. Sungguh tak mampu kulukiskan segala hal tentangmu, namun tak mungkin pula jikalau hasrat kecintaan hanya terpendam di dalam hati hingga membeku, tiada guna. Sunggguh aku tak tahu bagaimana tuk mengungkapkan segalanya agar pesan cintaku tersampaikan padamu. Tak mampu kumengukir kata-kata indah tuk kupersembahkan padamu. Tak mampu pula ku mengutarakan dalam lisan bahwa aku mencintaimu. Karena bibirku kerap kali kelu ketika ingin berucap kata itu.

    Bunda…
            Kasih sayangmu yang tulus takkan pernah terbalaskan olehku. Hanya lantunan do'a-do'aku yang tulus yang kan kuhadiahkan padamu, Bunda. Kaulah sebutan terindah yang keluar dari bibirku, anakmu. Kaulah kata tersejuk yang tertanam dalam istana hatiku. Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. Kaulah sosok terindah dalam hidupku, penghias jiwaku. Penegas hati dikala lara, impian dalam setiap hela nafasku, rujukan dikala nista. Engkau merupakan mata air cinta yang takkan pernah keruh sampai kapanpun. Cintamu akan tetap terus mengalir menemani kerinduanku.

    Bunda...
          Masih abadi dalam ingatanku saat aku merepotkanmu atas segala kebutuhan. Namun tak pernah sekalipun kau mengeluh ataupun menolak atas segala harapku. Dengan senyuman kau selalu berupaya memenuhi segala inginku. Masih terpatri dalam memoriku saat aku menangisi kegagalanku di pelukanmu. Meratapi segala angan yang selalu berakhir dengan kegagalan. Bahkan hingga detik ini pun aku belum dapat mempersembahkan sebuah kata “sukses” di hadapanmu.

    Bunda....
            Teringat aku ketika kau terbaring lemah di pembaringanmu. Saat sakit mendera tubuhmu hingga kakimu pun seolah tak berfungsi karena tak mampu kau jejakkan kakimu. Entah mengapa, namun semua berada di atas kehendakNya. Di saat itu, aku yang lemah tak mampu menatapmu yang terbaring lemah tak berdaya. Namun sebuah keegoan masih saja meraja dalam diri, berkecamuk di dalam dada. hingga tak dapat kumerawatmu dengan keikhlasan sepenuh hati. Mengeluh kerap kali menjulang tinggi di peraduan hati. Hingga sebuah sesal kini kudapati tatkala kepergianmu menyisakan sejuta kerinduan di kalbuku. Kini seulas senyuman pun tak lagi dapat kulihat tersungging di bibirmu. Sebuah canda ria pun takkan pernah kutemui lagi. Hanya gundukan tanah dan batu nisan yang tegak bertuliskan namamu yang hanya dapat kupandangi.

    Bunda...
             Sebuah cita yang sedari dulu ingin kupersembahkan demi menggapai senyummu hingga kini belum dapat kuberikan padamu. Bahkan ketika aku harus kehilanganmu. Andai kau tahu bunda saat ini cita itu takkan lama lagi kudekap. Namun apalah arti sebuah kata “sarjana” bila kau tak lagi berada di sisiku. Kini kau telah berada di pernginapan terakhirmu, hingga tak kujumpai lagi dirimu.

    Bunda…
           Andai waktu dapat terulang, ingin rasanya aku mendekapmu kembali dalam pelukan hangat cintaku. Namun kini realita berkata lain, kau telah meninggalkanku dalam sepi hingga takkan pernah kutatap wajahmu lagi. Lirih hati ini menyebut namamu yang syahdu. Tak mampu kutorehkan segala hasrat kerinduanku padamu. Andai saja kudapat mempersembahkan kerinduanku ini padamu. Inginku kubasuh lukamu yang telah tenggelam bersama jasadmu yang telah terkubur. Sungguh, ingin aku mencium kakimu untuk menghapus segala dosaku yang telah menggunung. Ingin kudekap tubuhmu erat dan berucap “ ibu, aku mencintaimu”.

    Bunda…
           Sungguh tak pernah terbayang olehku saat aku harus kehilanganmu, saat kau pergi meninggalkanku. Kini, aku merasa kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui segala jejak langkahku dalam menghadapi kerasnya dunia. Sungguh di relung hati ini hanya ada satu nama yang terukir syahdu dan sejati "Bunda" Dan satu harap yang terus terpatri di relung hatiku “ Semoga Allah akan menyatukan hati kita kembali di surgaNya, kelak ", Amin. Kini hanya lantunan do’a yang akan terus terangkai indah untukmu dengan segenap ketulusan hati. Salam rinduku selalu atasmu, Bunda. I Love You

    Ketika Lukisan Cinta Tak Terjamah Asa

    By. Lelly Elfirza Sembiring

    Masih terpatri dalam ingatan bagaimana awal aku bertemu dengannya. Bayang wajahnya pun masih saja menghampiriku dalam angan tiada pasti. Rasa yang tersemat di hati mungkin salah satu sebab yang membawa anganku melambung tinggi demi mengarungi sekelumit asa. Angan yang dulu menjulang tinggi bahkan hingga sekarang masih menghiasi hatiku demi sekeping hati yang kuharap akan menjadi imamku kelak. Ada sejumput rasa yang masih terus mengalir deras di hati. Hanya mampu menanti jawaban pasti dariNya. Karena sesungguhnya Dialah Maha Mengetahui atas harap pada sebuah nama yang telah terpahat di hatiku.

    Bermula dari kampus kami dipertemukan olehNya. Awal yang bermula tiada rasa menyelinap di hati ketika menatap wajahmu yang memang rupawan, bahkan sekedar mengaguminya pun tidak. Mungkin karena aku yang memang susah jatuh cinta atau mungkin karena aku yang belum begitu mengenalnya, entahlah. Melihat sosoknya yang sedikit pendiam dan jarang bergabung dengan teman-teman lain membuatku menilai dirinya adalah pria yang sombong dan angkuh hingga tak mau berteman dengan yang tidak selavel dengannya.

    Menginjak usia setahun bersatunya kami pada kelas yang sama, ada sesuatu yang berbeda darinya, ia berubah. ia tampak lebih friendly, tak sediam sebelumnya, ia mulai melihatkan sikap keramah tamahannya pada setiap orang termasuk diriku. Aku pun mulai mengaguminya, hingga timbullah benih-benih cinta padanya. Aku mulai dekat dengannya walau kedekatanku tak seperti kedekatannya terhadap teman-teman wanita lainnya di kelas. Setidaknya ia mulai bisa menebarkan senyumnya yang tak pernah kulihat selama setahun mengenalnya.

    Aku adalah wanita yang cukup sulit jatuh cinta. Untuk berteman dekat dengan lelaki pun tak mudah bagiku, lidahku kerap kali kelu setiap kali hendak memulai pembicaraan atau sekedar menyapanya. Yah aku hanya mampu tersenyum setiap kali beradu pandang dengannya. Sungguh getar-getar rasa yang telah lama tak kurasakan lagi setelah patah hati yang pernah menjeratku pada jurang trauma pada cinta pertama beberapa tahun silam, aku jera jatuh cinta lagi.

    Kini, aku mulai membuka pintu hatiku kembali setelah sekian lama tertutup, tentu saja untuknya. Cinlok alias Cinta Lokasi, mungkin ini yang tengah kurasa. Menatap sosok lelaki yang tampan dan gagah, hati wanita mana yang tak tergoda. Namun jauh di lubuk hati yang terdalam bukanlah itu hal utama yang menjerat hatiku. Kecerdasannya, kesalihannya serta sikapnya yang cool tanpa dibumbui hisapan rokok itu yang memikatku. Sesuai dengan idaman hatiku, walau kusadari bahwa tak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milikNya.

    Sikapnya yang berbeda terhadapku membuat hatiku terpikat. Kesantunan tutur katanya selalu menjerat hatiku. Belum lagi tingkahnya di hadapanku yang sesekali seperti seseorang yang tengah caper alias cari perhatian, atau sekedar curi-curi pandang. Belum lagi senyumnya yang bersahaja selalu mampu menaklukkan sekeping hati ini. Hingga muncul seuntai angan di relung hatiku. Berharap ia adalah soulmate-ku yang telah ditetapkanNya. Lelaki yang akan menjadi imamku, kelak. Dengan dipertemukannya aku di kampus dan kelas yang sama pula.

    Anehnya, setiap ada tugas kelompok kami selalu berada pada kelompok yang sama, hingga muncul celotehan sebahagian temanku

    “Aneh, kalian kok selalu satu kelompok ya, jangan-jangan jodoh nih.” ujar mereka sambil menggodaku

    Aku hanya mengaminkan omongan mereka dalam hati.

    Sungguh indah pertemanan yang kulalui bersamanya. Semakin hari aku semakin dekat dengannya. Walau terkadang aku tersadar dari khayalku, bahwa aku tak pantas mengalaminya. VMJ ( Virus Merah Jambu ) telah menaburkan angan pada gejolak hati. Ah..aku tak boleh mengalaminya mengingat peranku sebagai seorang aktivis dakwah. Hingga kucoba tuk menghapus jejaknya di hatiku. Setahun dua tahun tak jua mampu menghapus jejaknya di hatiku hingga pada akhirnya ia mengetahui akan isi hatiku. Dengan santun tutur katanya ia berucap :

    “Aku mencintaimu karenaNya maka dari itu aku tak mau menodai sucinya hakikat cinta. Aku tak ingin memulai hubungan ini dengan pacaran. karena itu tak dibenarkan dalam islam. Semoga suatu saat kita disatukan pada darmaga ta’arruf yang akan menyatukan hati kita pada jamuan cintaNya.”

    Sungguh ucapannya membuat hatiku semakin terpana. Sungguh, lelaki yang memiliki pondasi agama yang cukup kuat, itulah salah satu hal istimewa yang dimilikinya. Memang, tak salah kutujukan hati ini padanya.

    Beberapa bulan kemudian terdengar kabar dari seorang teman bahwa ia telah menjalin hubungan dengan seorang gadis. Hingga kuberanikan diri bertanya. Hanya jawaban melalui pesan singkat yang ia beri.

    “Maaf kita hanya akan menjadi teman, selalu dan selamanya.”

    Aku terdiam mencoba menahan tangis tatkala membaca sms darinya. Meskipun gemuruh hatiku tak terbendung hingga gerimis menghujani kalbu, pilu menyergap hati. Ribuan tanya terlintas dalam benakku, mengapa selama ini sikapnya seolah memberi sejuta harapan padaku? Dan mengapa janji dan harapmu yang dulu terucap pada lisanmu kau ingkari seketika?

    Dalam serpihan hati yang tersayat luka kucoba mengubur angan penuh duri. Mencoba menata hatiku kembali untuk melupakan segenap asa yang pernah tumbuh di hati. Meskipun sulit karena luka masih saja membekas di hati, untuk kedua kalinya aku terjerat pada kata dusta dengan pengkhianatan.

    Sebagai insan bernyawa tentu memiliki belahan jiwa menjadi hal yang diimpikan setiap orang. Meskipun soulmate yang kuharap tak terjamah pada sekeping hati yang lara. Tetap kucoba menuai do’a penuh ikhlas demi bahagianya. Aku yakin bahwa jodohku telah ditetapkanNya jauh sebelum ruh menjadi penggerak tubuh ini. Mungkin bukan dia tapi seseorang yang masih dirahasiakanNya. Bermodal keyakinan yang kokoh atas bentang keagunganNya, kucoba menuai keikhlasan demi menjamah cintaNya.Karena hanya cintaNya yang akan abadi tanpa pengkhianatan.Sungguh, tiada cinta yang kekal selain cintaNya.