Sabtu, 31 Desember 2011

Menelan Rasa dalam Kebisuan


Oleh Nurlaili Sembiring

        Ada banyak hal yang ingin kulepaskan dalam diriku sejak dulu hingga kini, namun selalu saja kutahan. Kemarahan, kebencian, kebosanan, ketidaksukaan, semuanya kutahan. Sebab aku tak ingin melukai hati-hati orang di sekitarku. Aku tak ingin menimbulkan kebencian dari pihak-pihak tertentu. Aku tidak ingin mengumbar egoku, mengumbar rasa yang mungkin saja melegakan hati namun ternyata menyakiti hati orang lain. Aku tidak ingin seperti itu. Kutelan saja segala rasa yang ada dalam sanubari. Biarlah aku yang merasa tak perlu di rasa orang lain.

        Aku bosan. Aku marah. Aku kesal. Aku benci. Aku ingin segalanya segera usai. Aku ingin damai dalam lingkaran cinta tak berhujung. Namun, asaku tak kunjung datang. Keadaan semakin luntur. Yang tersisa hanya rasa jemu dan jemu. Andai saja kau mampu memahami gejolak rasa di kalbu, tentu semua akan baik-baik saja. Namun nyatanya, keburukanku selalu kau kekalkan dalam ingatanmu. Sedang kebaikanku sama sekali tak pernah kau ingat. Apakah begini caramu menyikapi masalah? Bukankah saling bicara dari hati ke hati itu yang lebih penting.

         Aku jenuh. Tak tahu lagi bagaimana menyikapi semua ini. Aku bukan sosok yang mampu bermain peran dalam sebuah skenario yang diajarkan sutradara. Aku hanya wanita sederhana yang menyikapi kehidupan juga dalam kesederhanaan. Pikiranku yang melambung tinggi, rasaku yang mengalir deras, sedang berbicara, lidahku kelu. Terlalu lemah diri ini menyikapi sebuah masalah yang datang menghantam keangkuhan rasa. Namun, aku punya hati dan otak untuk berpikir bagaimana cara ampuh menyikapi semua ini. Aku punya hati yang senantiasa menyertaiku untuk tetap kukuh di jalan kebahagiaan. Aku mencari bahagia. Hanya itu.

          Masa lalu yang pahit, layakkah terus diingat? Tak apa, asal kita mampu mengambil hikmah dalam setiap catatan kehidupan yang pernah terlukis. Namun itu tak jua harus dikekalkan menjadi hal buruk yang hanya menciptakan kebencian di hati, baik kebencian dalam diri pribadi maupun orang lain. Itu tak layak kau abadikan. Sikapi semua masalah pahit di masa lalu menjadi catatan paling berarti dalam hidup di masa datang. Waktu terus berputar, manfaatkan ia selagi raga masih utuh. Kebencian hanya akan membuat hati tak tentram. Tidakkah kau rasakan hal itu?

           Aku tidak bisa seperti mereka. Tidak mampu menyuarakan rasa kekesalan dan kebencian terhadap mereka yang menjadi sumber ketakadilanku. Tidak pula mampu meringkuk mengaduh kepada orang lain terhadap mereka yang ingin aku umbar mengapa menjadikanku seperti ini. Aku tidak mampu. Sungguh, bukan hal mudah bagiku. Aku hanya insan tak sempurna yang mencari kesempurnaan di hadapanNya. Tak mengapa jelek dan buruk di mata orang lain asal cantik di hadapanNya. dan itu yang masih ingin kutempuh. Semoga mampu kujejaki hal itu.

         Apakah aku adalah lakon yang paling buruk. Mereka yang terperangkap tanpa menemukan pintu ke luar. Lakon yang cuma mampu membisu. Lakon dengan hidup: MENELAN RASA DALAM KEBISUAN

Binjai, 1 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar