Selasa, 28 Juni 2011

Short Story in Tongging

Kisah tak terlupa
      Unforgettable Moment

Tongging , JUNE 26th 2011

        Memasuki daerah dengan penduduk yang mayoritas bersuku karo dan batak, berbalut udara yang cukup dingin dan suasana yang sangat asing kurasa seakan membawa jiwa ke ranah dunia yang tak biasa. Sebab ini merupakan kali pertama daku menjejakkan kaki ke daerah yang disebut Sipiso-piso dan juga Tongging yang merupakan daerah pegunungan di Berastagi Sumatera Utara. Di daerah ini beberapa diantara kami memang telah pernah menapak jejak, walaupun bagi sebagian yang lain, ini adalah pengalaman pertama. Jalan yang menikung tajam, dengan tebing dan jurang yang terjal dan siap melahap setiap tubuh tanpa kompromi. Disanalah kurasakan betapa hebatnya kekuasaan atas alam ciptaanNya. Bagaimanapun hanya sebuah kepasrahan manusia yang harus menjadi pelajaran paling berarti, bahwa tak layak sebuah kesombongan merangkul keangkuhan rasa. Karena  kita tiada daya apapun atas KuasaNya.


                                                                                    ***
       Malam yang dingin disanalah kami berkumpul di rumah salah satu sahabat dalam menanti pagi demi keberangkatan menuju lokasi yang dituju. Berjam-jam kami lewati kebersamaan dengan kesibukan masing-masing, ada yang sibuk memasak untuk bekal disana, ada yang asik bercengkrama, ada pula yang menghabiskan malam dengan menonton TV tapi ada juga yang terlelap dalam buaian mimpi salah satunya daku sendiri, hehe. Semua kami lewati dalam kebersamaan yang begitu  indah. Sungguh nikmat yang luar biasa dalam jalinan ukhuwah.

       Dingin semakin merasuk ketika waktu berdetak semakin malam hingga pagi menjelang. Tepat pukul 2 dini hari semua diantara kami sibuk berberes ria demi mempersiapkan segala keperluan di tempat yang dituju. Tapi sayang, rencana yang bermula berangkat pukul 3 pagi terpaksa mundur hingga berjam-jam. Kesal, ya tentu kekesalan juga sempat merasuk jiwa-jiwa berhati di antara kami. Dikarenakan Bus yang kami carter tak jua datang hingga jam yang kami janjikan tiba. Namun…keoptimisan kami untuk dapat menatap keindahan alam di Tongging tak menyurutkan niat kami untuk berangkat. Segala daya dan upaya kami lakukan untuk dapat segera berangkat termasuk menghubungi sopir yang bersangkutan hingga mengunjungi beskem Bus tersebut. Hingga kepastian atas keberangkatan pun mampu menenangkan hati dan jiwa kami. Tak sabar rasanya menatap dan merasakan suasana asri di lokasi. Ah…betapa indahnya.

        Tepat pukul 04:30 Bus yang dinanti pun tiba di lokasi, tempat kami menanti. Meski berjam-jam lamanya kami habiskan waktu menanti namun tak mengapa, semua takkan menyurutkan langkah kami tuk menatap indahnya panorama alam di Tongging. Persimpangan jalan menjadi tempat pilihan bagi kami dalam menanti Bus, sebab ketaksabaran berangkat sungguh telah bergelayut di dalam dada.

       Kebahagiaan merengkuh kami pada rasa saat perjalanan dalam sebuah Bus menyatukan hati-hati kami dalam bingkai ukhuwah dan jalinan persahabatan. Inilah kami para petualang yang tetap semangat demi menaklukkan suasana di akhir pekan yang ceria, setelah menghabiskan waktu tiga hari lamanya bergelut dalam UAS. 23 orang dalam 1 BUS sudah cukup bagi kami untuk menghangatkan suasana di pagi hari yang hening dan dingin apalagi Bus yang mengangkut kami Full AC hingga suasana yang kami arungi semakin dingin mencekam namun kembali hangat dalam bingkai persahabatan..

         Sesampainya di lokasi tepat pukul 09:00 pagi, dimana perut sudah mulai minta untuk segera diisi maka kami pun segera mencari tempat persinggahan yang asik, demi mengisi perut yang kosong. Tapi dasar manusia super narsis, di setiap sudut jalan tak lepas dari jeprat jepret kamera. Yah…namanya juga pengalaman pertama jadi sah-sah saja rasanya jika harus menjadi manusia super narsis sesaat.

         Seketika mataku terbelalak menatap sebuah pemandangan indah di ujung sana. Menerawang jauh ke sebuah air terjun yang jatuh dari ketinggian yang tak biasa. Subhanaallah pemandangan yang indah, terbesit dalam dada untuk mengarungi langkah menuju ke dasar air terjun tersebut. Namun mampukah daku turun dengan jalan berliku lagi terjal demikian…???Aku tak mampu menerkanya, tetapi kulihat banyak jua para akhwat yang menaklukkan jalan nan terjal tersebut hingga sampai pada dasar tepat di bawah air yang jatuh lurus dengan ketinggian yang luar biasa tersebut. Hingga hasratku pun menjulang tinggi untuk meraihnya.



      Setelah mengisi perut dan berfoto-foto ria sejenak, kami pun tak lagi pikir panjang untuk turun dan menaklukkan jalan nan terjal tersebut untuk meraih air terjun tersebut. Tak heran memang bila dikata lokasi ini adalah Sipiso-piso, sebab jalan tersebut memang begitu tajam dan siap menerkam setiap nyawa atas kehendakNya. Bermodal Bismillah kami arungi setapak demi setapak jalan nan berliku lagi terjal tersebut demi mencapai dasar yang dituju. Sempat terbayang, bagaimana jika bencana mendekap kami disini, maka tak ada jalan untuk meminta pertolongan selain kepadaNya. Seperti inikah gambaran kita kelak di padang mahsyar ? Ketika hanya amal yang dapat menolong kita dari setiap ujian yang terlewat. Ada yang bergemuruh dalam hati, nadi berdenyut lirih dalam sebuah janji untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya

       Bukan hal mudah menuju dasar air terjun tersebut. Stamina yang mantap dengan kemauan keras untuk menaklukkan rasa lelah menjadi salah satu faktor yang harus dikalahkan, pada diri setiap petualang. Bagi akhwat, mungkin memang butuh perjuangan keras menjalani hal ini, tapi disanalah sebuah pembelajaran dan pengalaman baru mulai kutempuh. Bagiku…Perempuan tak hanya soal fashion dan kosmetik atau kelemahlembutan semata, bukan pula hanya berteman air mata setiap kali menghadapi masalah. Tetapi sebuah ketangguhan juga yang harus dimiliki. Perempuan harus kuat dan tangguh sebab hidup tak pernah membedakan kita dalam setiap ujianNya.


     Maka di sepanjang perjalanan kutahan suaraku tuk tak bersua demi menahan lelah yang mungkin menggeluti raga sesaat. Sebab bila terlalu banyak berbicara rasa lelah pasti mendekapku dan mungkin aku takkan sanggup sampai pada dasar air terjun tersebut. Bermenit-menit waktu yang kami butuhkan demi mencapai tujuan, hingga dingin terasa merasuk jiwa setelah percikan air terjun tersebut mengenai raga meski jarak kami berkisar 5-10 meter dari air tersebut.  Namun kelelahan hilang sesaat setelah merasakan sejuknya suasana disana diselingi berfoto-foto ria.

       Tak banyak waktu yang terlewat disana, kami pun segera mendaki demi mencapai beskem kembali. Sebab perjalanan kami belum usai, kami jua harus menempuh jarak menuju Tongging yang merupakan pecahan dari Danau Toba. Awal menatap pulau tersebut dari puncak Sipiso-piso aku memang merasa seperti menatap Danau Toba yang memang belum pernah kukunjungi hanya saja sering kulihat di Video Klip lagu Karo, TV dan juga foto-foto yang ada.

        Tujuan selanjutnya adalah Tongging. Dengan 2 buah angkutan berwarna merah dan putih (kayak bendera aja) kami arungi setiap ruas jalan menuju arah yang dituju.. Membutuhkan waktu ½ jam menuju lokasi hingga tibalah kami di lokasi. Subhanallah kembali terucap dalam hati ketika menatap pulau yang begitu indah. Sungguh tak ada lukisan terindah selain lukisanNya. Menaiki sebuah kapal kecil menjadi salah satu pilihan kami dalam mengarungi pulau tersebut. Menatap keindahan di tengah pulau terasa begitu damai meski ketakutan jua tak dapat dipungkiri dengan cuaca yang sedikit diguyur hujan


       Menatap keindahan air yang mengalir tenang membuat decak kagum semakin nyata atas kuasa Sang Pencipta. Sungguh rona yang terpancar dari tengah lautan yang berpendar dengan suasana langit yang sedikit dirintiki hujan membuat mata tak kuasa beralih pandang. Pegunungan yang menjulang tinggi menjadi santapan mata yang tak dapat terelakkan. Manusia…Nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan??? Kami sangat bersyukur diberi kesempatan olehNya untuk menyaksikan lukisan indah ciptaanNya. Sungguh tiada arsitek sehebat Dia.

       Ah…Tongging…telah banyak kisah yang terrekam bersama rekan-rekan seperjuangan disana namun tak mampu kuceritakan setiap jejak waktu yang terlewat bersama dalam secarik kertas tak bertinta. Hanya sebuah kenangan bersama dalam menyusuri setiap sisi alam yang menjadi catatan indah tak terlupa. Tongging…kaulah yang menjadi saksi setiap jalinan kebersamaan di antara kami. Bersama sahabat…kebersamaan terangkai indah dalam catatan kehidupan. Semoga perjalanan yang memakan waktu tak terlalu banyak itu mampu mengikat setiap hati kita demi meraih mimpi yang satu. Sebab mimpi pantas nyata. Love You All…..

Sabtu, 18 Juni 2011

Menjaring Senja

Buih-buih menepi,
Menghanyutkan resah-resah tak bertepi
Nan jauh di sana, pulau-pulau berbaris
Menyibak lautku yang membiru

Hatiku seperti bebatuan
Yang tak gentar menghadang ombak
Lihat! Laut menjaring senja di hadapanku.
Warnanya bening dan terang

Senja berjatuhan di hadapanku,
membuatku terpaku tanpa bergegas memburunya
Inilah warna hatiku pada waktu itu,
andai kau tahu

langit menyepi di atas kepalaku.
Membiru hitam tersaput malam yang bergegas datang.
Lampu-lampu menyala, terang
Dan dia menepikan semua warna yang terlihat

Lalu, senjapun berlalu di depan mataku
Menyamar jingganya tersaput gelap.
Dan akupun harus menyeret langkah memunggungi lautmu...

Rabu, 15 Juni 2011

Cinta Bertaut Kasih

 Oleh. Nurlaili Sembiring

Di pagi berbalut mendung
Ada rintihan rasa menyelubung
Menyeruak kisah yang terhubung
Hingga tercipta rindu menggunung

Sejenak kuberpikir
Pada siapa rindu terukir
Hantarkan kasih yang kian mengalir
Membelenggu rasa tiada akhir

Oh...inikah arti sebuah jalinan
Nadi terasa satu denyutan
Selayak sayur dan garam yang tak terpisahkan
Menjadi kesatuan yang tiada batasan

Harap cemas diselingi doa kujalani
Sebuah ikatan persahabatan yang kubingkai
Menelurkan keikhlasan tak terperi
Hingga cinta bertaut di sanubari

Kan kujaga erat ikatan hati
Agar tak terpisahkan hingga denyut nadi terhenti
Demi menjamah jalinan cinta atas Ridha Illahi
Berharap tak akan ada yang mampu memisahi

Ketegaran Hati

By. Lelly Elfirza. S

Ruang waktu yang terbentang
Memenjarakan asa yang melintang
Berdiri dengan kaki cinta menopang
Menancapkan kata hati yang tak pernah ingin hilang

Di saat itulah aku mulai melangkah
Menapaki jalan hidup agar lebih terarah
Dengan segenap angan yang membuncah
Berharap suatu saat kan terjamah

Namun mengapa kegagalan selalu kuhadapi
Atas segunduk harapan di relung hati
Seolah menutup segala mimpi yang tak bertepi
Menjadi kepingan harapan tiada berarti

Meski kuakui…
Perjalanan hidup memang takkan mulus seperti yang terangkai
Namun mengapa harapanku kerap terdahului
Hingga ketakikhlasan hati selalu merajai
Ah…semoga semua mampu kulalui

Kini, kucoba tuk tetap bertahan
Senantiasa tegar dalam menjemput impian
Sampai kutemukan jawaban dari segala penantian
Sebuah rasa yang menguasai sekeping harapan