Oleh Nurlaili Sembiring
Ada banyak hal yang ingin kulepaskan dalam diriku sejak dulu hingga
kini, namun selalu saja kutahan. Kemarahan, kebencian, kebosanan,
ketidaksukaan, semuanya kutahan. Sebab aku tak ingin melukai hati-hati
orang di sekitarku. Aku tak ingin menimbulkan kebencian dari pihak-pihak
tertentu. Aku tidak ingin mengumbar egoku, mengumbar rasa yang mungkin
saja melegakan hati namun ternyata menyakiti hati orang lain. Aku tidak
ingin seperti itu. Kutelan saja segala rasa yang ada dalam sanubari.
Biarlah aku yang merasa tak perlu di rasa orang lain.
Aku bosan. Aku marah. Aku kesal. Aku benci. Aku ingin segalanya segera
usai. Aku ingin damai dalam lingkaran cinta tak berhujung. Namun, asaku
tak kunjung datang. Keadaan semakin luntur. Yang tersisa hanya rasa jemu
dan jemu. Andai saja kau mampu memahami gejolak rasa di kalbu, tentu
semua akan baik-baik saja. Namun nyatanya, keburukanku selalu kau
kekalkan dalam ingatanmu. Sedang kebaikanku sama sekali tak pernah kau
ingat. Apakah begini caramu menyikapi masalah? Bukankah saling bicara
dari hati ke hati itu yang lebih penting.