Sabtu, 31 Desember 2011

Menelan Rasa dalam Kebisuan


Oleh Nurlaili Sembiring

        Ada banyak hal yang ingin kulepaskan dalam diriku sejak dulu hingga kini, namun selalu saja kutahan. Kemarahan, kebencian, kebosanan, ketidaksukaan, semuanya kutahan. Sebab aku tak ingin melukai hati-hati orang di sekitarku. Aku tak ingin menimbulkan kebencian dari pihak-pihak tertentu. Aku tidak ingin mengumbar egoku, mengumbar rasa yang mungkin saja melegakan hati namun ternyata menyakiti hati orang lain. Aku tidak ingin seperti itu. Kutelan saja segala rasa yang ada dalam sanubari. Biarlah aku yang merasa tak perlu di rasa orang lain.

        Aku bosan. Aku marah. Aku kesal. Aku benci. Aku ingin segalanya segera usai. Aku ingin damai dalam lingkaran cinta tak berhujung. Namun, asaku tak kunjung datang. Keadaan semakin luntur. Yang tersisa hanya rasa jemu dan jemu. Andai saja kau mampu memahami gejolak rasa di kalbu, tentu semua akan baik-baik saja. Namun nyatanya, keburukanku selalu kau kekalkan dalam ingatanmu. Sedang kebaikanku sama sekali tak pernah kau ingat. Apakah begini caramu menyikapi masalah? Bukankah saling bicara dari hati ke hati itu yang lebih penting.

Senin, 26 Desember 2011

Miss You Mom

Oleh. Nurlaili S

Setiap kuterbayang wajahmu Bunda
Tergambar sejuta kenangan nan pernah terukir bersama
Tatapan lembutmu menenangkan jiwa
Peluk hangatmu mendamaikan raga
Kebersamaan kita memahat kedamaian
Dan sejuta kenangan lain yang pernah terpatri dalam dada

Bunda...
Terima kasih atas cinta yang kauberi
Terima kasih atas pengorbanan tak terperi
dan terima kasih pula atas kesetiaan tanpa jeda yang kau bentangkan
di lorong-lorong waktu yang kita lalui

Kamis, 15 Desember 2011

Gerimis Hati

Mungkin aku masih terlalu dini memahamimu
Hingga tak mampu membaca isyarat yang tertuang di bibirmu
Tak mampu meraba isi kedalaman jiwamu
Tak dapat mendalami segenap rasa di kalbumu

Aku tak mau terlalu berandai
Hanya akan membuatku terjerembab
 Dalam jurang penyesalan
Yang jelas hanya akan menambah kepahitan hidup
Namun aku jua tak punya daya menghapusnya

Aku terseok, tersungkur menahan perih hati
Tersayat luka atas cinta yang tak jua kau pahami
Kau masih enggan memahami lukisan cinta yang terendap di sudut hati
Entah sampai kapan, ku jua tak mengerti

Gerimis hati,
Saat kabarmu merobek keangkuhan rasa
Kau tabur duri di sudut hatiku
Hingga menusuk tepat di sanubariku

Kabar darimu seolah menikam batinku
Tersulutku dalam luka tak terperi
Bersarang dalam jelaga hati
Menyisakan kerapuhan pada gejolak kalbu