Kamis, 26 Januari 2012

Jeratan cinta

Oleh. Nurlaili S

Aku lemah, itu yang tertangkap dari jiwaku. Namun aku tak ingin lemah, itu yang kumau. Cinta yang tertoreh padamu, telah menguatkan jiwaku yang rapuh. Cinta yang bertuliskan namamu telah menguatkan tekadku demi meraih angan dan mimpi. Dan cinta yang berlukiskan wajahmu telah membuat senyumku mengembang setiap kali terbayang olehnya, hingga semangat kian berkobar.

Awal yang sama sekali tiada pernah kuduga. Kau hadir di kehidupanku. Kau jua sering mewujud dalam setiap mimpiku. Menjelma bagai malaikat penolong yang selalu siap kala aku membutuhkan pertolongan. Engkau selalu hadir memberi semangat kala kerapuhan hinggap di jiwa. Karenamu, kutautkan sejuta mimpi di ruas kalbu. dan karena mu, kucoba mewujudkan mimpi itu satu  demi satu. Cintakah itu? Mungkin.

Selasa, 24 Januari 2012

Tentang Kamu


Tersanjung aku pada setiap untaian kata yang kau urai
Terbuai aku akan keindahkan diksi dan metafora yang kau suguhkan
Iri hati ini setiap kali tarian penamu menyempurnakan aksaramu
engkau selalu bisa melenakanku dalam khayal tuk menggapainya
engkau selalu mampu melukiskan hikmah
dalam setiap perjalananmu mengarungi kehidupan
Kepekaanmu terhadap hidup, patut menjadi sokongan buatku
untuk melangkah maju demi memahami semua yang penuh arti
Subhanaallah atas anugerah yang dihadiahkanNya padamu
Sejak awal mengenalmu hingga kini
Aku masih saja menjadi pengagummu
entah sampai kapan, ku tak tahu
harapku menyempurna di taman hati
untuk bisa sepertimu meski butuh waktu yang tak sedikit
semoga tercapai...
one day
Amin

Senin, 09 Januari 2012

Kereta Api dan Seteguk Pelajaran


            03 Desember 2012 menjadi awal keberangkatanku menuju Kota Kisaran. Ini juga merupakan kali pertama menjejakkan kakiku ke atas kereta api. Setelah sekian tahun tak kurasakan lagi. Ya...seingatku terakhir kali aku menaiki kereta api adalah saat aku masih berusia 5 tahun. Dan karena ajakan seorang kakek, aku menurut saja dibawa ke kota Kisaran sekedar ingin tahu bagaimana rasanya menaiki kereta api dan memandang kota Kisaran.

          Pukul 12:00 wib, aku sudah selesai bergegas padahal perkiraanku kereta api berangkat pukul 13:00 wib. Tunggu menunggu, kakek belum jua datang menjemputku, pikiran mulai gusar. Khawatir keberangkatan tertunda atau bahkan tidak jadi. Pukul 13:15 wib barulah kakek muncul dan kami pun segera berangkat menuju stasiun KA. Cuaca panas kala itu sempat mencoba mengikis niatku untuk ikut, membuatku enggan beranjak meninggalkan rumahku yang sederhana namun asri. Sempat hendak kuurungkan tekadku untuk berangkat, namun tak tega juga melihat kakek berangkat sendirian dengan usianya yang telah renta. Akhirnya kutepiskan segala keraguan nan menerpa. Kukuatkan tekadku untuk berangkat, selain untuk menatap kota Kisaran, merasakan panorama keindahan di atas KA, aku juga harus menjenguk saudaraku yang tengah sakit setelah kecelakaan yang menimpanya. Bukankah menjenguk orang sakit adalah salah satu hak manusia dengan yang lainnya.