Kamis, 26 Januari 2012

Jeratan cinta

Oleh. Nurlaili S

Aku lemah, itu yang tertangkap dari jiwaku. Namun aku tak ingin lemah, itu yang kumau. Cinta yang tertoreh padamu, telah menguatkan jiwaku yang rapuh. Cinta yang bertuliskan namamu telah menguatkan tekadku demi meraih angan dan mimpi. Dan cinta yang berlukiskan wajahmu telah membuat senyumku mengembang setiap kali terbayang olehnya, hingga semangat kian berkobar.

Awal yang sama sekali tiada pernah kuduga. Kau hadir di kehidupanku. Kau jua sering mewujud dalam setiap mimpiku. Menjelma bagai malaikat penolong yang selalu siap kala aku membutuhkan pertolongan. Engkau selalu hadir memberi semangat kala kerapuhan hinggap di jiwa. Karenamu, kutautkan sejuta mimpi di ruas kalbu. dan karena mu, kucoba mewujudkan mimpi itu satu  demi satu. Cintakah itu? Mungkin.


Pertemuan itu, pertemuan indah namun menyisakan luka. Awal yang tak pernah kubayangkan aku bisa berjumpa dengan lelaki sepertimu. Lelaki sederhana yang begitu bersahaja. Lelaki berpenampilan sederhana namun berjiwa besar dalam memaknai kehidupan. Kuakui, aku jatuh hati saat perkenalan kita kian jauh. Sedikit demi sedikit cinta itu kian merekah di ruang hati. Hingga semakin hari semakin mengakar di jiwa. Sampai pada akhirnya, sulit bagiku menyabutnya karena setiap hari kian tumbuh besar.

Di suatu kesempatan, ucap cinta menjadi penggenap rasa yang terlewati. Tiada mungkin cinta hanya selalu bersembunyi dalam kalbu. Tak mungkin selamanya cinta hanya dalam diam. Mencoba meretas jejak hati. Namun sayang, cinta bukanlah sesuatu yang mudah diraih, menurutku. Awal yang kukira bahagia nyatanya tak seperti harapku. Kau memilih uluran sahabat ketimbang cinta yang tumbuh di taman hati. Ikhlas,,, hanya sebuah keikhlasan yang coba kutanam di dalam hati. Semoga bahagia masih setia menanti.

Jabar erat dalam sebuah kata “persahabatan” membuatku kian dekat denganmu. Bukan karena cinta di satu sisi, namun karena cinta sahabat. Kurangkum cerita indah dalam duka. Kupatri kisah menarik di tepian perih hati. Kucoba menawarkan senyum ceria meski sedih menjerat kalbu. Terlebih saat kutahu, jejakmu tak lagi sama. Anganku kala itu, masih ada harap yang kan menyerupa. Nyatanya semua sirna bersama hatimu yang telah terisi oleh cinta yang lain.

Terima kasih atas ikatan sahabat yang terbingkai. Meski perih tersayat luka takkan kubiarkan air mata ini jatuh membasahi pipi. Aku harus tegar. Tak boleh lemah. Meski kutahu perjalanan cinta ini begitu menyakitkan. Namun aku harus rela atas ujian cinta yang dihadiahkanNya. Mencoba meyakini diri, bahwa bahagia akan menepi jua akhirnya.

 Ranah Kalbu, 26012012

2 komentar:

  1. kata-katamu itu loh, Mba.. puitiiis :)
    baru nemu FB Mba Nur dari note puisinya. hehe
    monggo mampir ke blogku juga Mba.. isinya curcol semua :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak :)
      note puisi yg mna mbak?
      Insya Allah ya ntar bila ada wkt mampir

      Hapus