Oleh. Nurlaili S
Aku
lemah, itu yang tertangkap dari jiwaku. Namun aku tak ingin lemah, itu
yang kumau. Cinta yang tertoreh padamu, telah menguatkan jiwaku yang
rapuh. Cinta yang bertuliskan namamu telah menguatkan tekadku demi
meraih angan dan mimpi. Dan cinta yang berlukiskan wajahmu telah membuat
senyumku mengembang setiap kali terbayang olehnya, hingga semangat kian
berkobar.
Awal yang sama sekali tiada pernah kuduga. Kau
hadir di kehidupanku. Kau jua sering mewujud dalam setiap mimpiku.
Menjelma bagai malaikat penolong yang selalu siap kala aku membutuhkan
pertolongan. Engkau selalu hadir memberi semangat kala kerapuhan hinggap
di jiwa. Karenamu, kutautkan sejuta mimpi di ruas kalbu. dan karena mu,
kucoba mewujudkan mimpi itu satu demi satu. Cintakah itu? Mungkin.
Pertemuan
itu, pertemuan indah namun menyisakan luka. Awal yang tak pernah
kubayangkan aku bisa berjumpa dengan lelaki sepertimu. Lelaki sederhana
yang begitu bersahaja. Lelaki berpenampilan sederhana namun berjiwa
besar dalam memaknai kehidupan. Kuakui, aku jatuh hati saat perkenalan
kita kian jauh. Sedikit demi sedikit cinta itu kian merekah di ruang
hati. Hingga semakin hari semakin mengakar di jiwa. Sampai pada
akhirnya, sulit bagiku menyabutnya karena setiap hari kian tumbuh besar.
Di
suatu kesempatan, ucap cinta menjadi penggenap rasa yang terlewati.
Tiada mungkin cinta hanya selalu bersembunyi dalam kalbu. Tak mungkin
selamanya cinta hanya dalam diam. Mencoba meretas jejak hati. Namun
sayang, cinta bukanlah sesuatu yang mudah diraih, menurutku. Awal yang
kukira bahagia nyatanya tak seperti harapku. Kau memilih uluran sahabat
ketimbang cinta yang tumbuh di taman hati. Ikhlas,,, hanya sebuah
keikhlasan yang coba kutanam di dalam hati. Semoga bahagia masih setia
menanti.
Jabar erat dalam sebuah kata “persahabatan”
membuatku kian dekat denganmu. Bukan karena cinta di satu sisi, namun
karena cinta sahabat. Kurangkum cerita indah dalam duka. Kupatri kisah
menarik di tepian perih hati. Kucoba menawarkan senyum ceria meski sedih
menjerat kalbu. Terlebih saat kutahu, jejakmu tak lagi sama. Anganku
kala itu, masih ada harap yang kan menyerupa. Nyatanya semua sirna
bersama hatimu yang telah terisi oleh cinta yang lain.
Terima
kasih atas ikatan sahabat yang terbingkai. Meski perih tersayat luka
takkan kubiarkan air mata ini jatuh membasahi pipi. Aku harus tegar. Tak
boleh lemah. Meski kutahu perjalanan cinta ini begitu menyakitkan.
Namun aku harus rela atas ujian cinta yang dihadiahkanNya. Mencoba
meyakini diri, bahwa bahagia akan menepi jua akhirnya.
Ranah Kalbu, 26012012
kata-katamu itu loh, Mba.. puitiiis :)
BalasHapusbaru nemu FB Mba Nur dari note puisinya. hehe
monggo mampir ke blogku juga Mba.. isinya curcol semua :D
Alhamdulillah mbak :)
Hapusnote puisi yg mna mbak?
Insya Allah ya ntar bila ada wkt mampir