Cinta
itu menyempurnakan. Benarkah itu? Saat hadirnya seseorang yang tak utuh secara
fisik mampukah kita sebagai insan menerima apa adanya dirinya. Aku merasa tak
kuasa akan hal yang kini menjerat hatiku. Di satu sisi aku menganggapnya hanya
rasa yang melintas begitu saja, namun di sisi lain ada rasa yang bergejolak di
dalam hati. Entah itu cinta atau sekedar keprihatinanku akan keadaannya kini.
Duhai
kawan, jangan beri perhatian lebih kepadaku yang kemudian meghantarkan hatiku
pada denting rasa yang tak mampu kupertanyakan. Jangan beri aku sinyal-sinyal
cinta yang menarik hatiku hingga melambung tinggi ke atas awan. Kusadari…aku
butuh seseorang yang mampu melengkapi hidupku. Aku butuh seseorang sebagai tempat
bersandar kala ujian dan cobaan datang menghampiriku. Aku butuh seseorang yang
mampu membimbingku menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya. Namun…kaukah
itu? Aku tak yakin, Kawan.
Aku
lemah, aku cengeng, aku penakut, aku tak setegar batu karang di dasar lautan.
Mampukah kau menguatkanku kala ketakberdayaan menghampiriku. Mampukah kau memberi bahumu yang bidang sebagai tempatku
bersandar kala penat hampiri ragaku. Sanggupkah kau menghapus air mataku dan
menggantinya dengan sesungging senyuman. Aku ragu, Kawan…
Dengan
kondisimu saat ini, aku merasa kau tak mampu untuk semua itu. Namun angkuhkah aku
yang begitu meremehkan keadaanmu? Egokah aku yang menyudutkanmu dalam ketakpastian
rasa. Ampuni aku ya Rabb atas risauku ini. Aku hanya ingin menyuguhkan yang
terbaik yang diinginkan kedua orang tuaku. Aku tak ingin mengecewakannya ata
pilihan yang mungkin akan menyengsarakanku di kemudian hari. Sudah cukup sesal terbingkai
atas lembaran kisah yang terangkum dalam sejarah kehidupan. Tak ingin hal itu
juga menimpaku kelak.
Kini
aku hanya mampu berserah padaMu. Pada hati yang mana laraku terbenamkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar