Jumat, 19 Oktober 2012

Review: Lelaki, Kutunggu Lelakumu

Judul Buku                 : Lelaki, Kutunggu Lelakumu
Penulis                        : Dian Nafi dan Endang Ssn
Penerbit                      :Hasfa Publisher
Cetakan                      : 2012
Halaman                     : 172 halaman
ISBN                           : 978-602-7693-04-3



Novel mini bercover warna ungu ini merupakan Novel hasil Duet dua wanita cantik bernama Dian Nafi dan Endang SSN. Buku ini berukuran kecil, 11x18 cm dengan tebal 172 halaman. Sangat cocok untuk menjadi teman perjalanan. Lelaki Kutunggu Lelakumu, sebuah pilihan judul yang mengena. Topik yang dibahas mengkhususkan tentang sosok lelaki yang terlalu apatis dalam memulai kisah asmara. Cinta memang selalu punya makna lebih. Tak pernah bosan untuk dinikmati. Namun kisah cinta dalam Novel ini bernuansa lain. Sudut pandang yang baru, humor segar dan juga gambaran hati yang merana. Bait-bait puisi yang apik sebagaimana diselipkan dalam cerita di buku ini menambah keindahan, hingga sangat layak menjadi santapan para penikmat bacaan.


Berawal dari kisah tentang rasa cinta Indra atau yang akrab disapa Cicip dengan seorang wanita bernama Mayana. Namun sifat kakunya yang seperti batu tak mampu mencairkan pendar cinta yang bermekar di hatinya. Ia tetap bersikukuh untuk memendam perasaannya. Tak perduli hatinya kian bergemuruh untuk sebuah pengakuan cinta. Tak perduli umur kian beranjak sedang ia masih memahat sebuah nama di hatinya tanpa berani mengutarakannya. Dan Mayana, wanita yang dicintai Cicip sejak duduk di bangku SMU hanya mampu menanti kejujuran dari bibir Cicip. Berharap suatu saat Cicip berani membisikkan kata-kata cinta di telinganya.

Kisah cinta yang begitu menggugah antara Mayana dan Indra.  Kekuatan hati mereka yang kukuh satu sama lain menarik ulur kisah ini.  Pertemuan demi pertemuan selalu berakhir dengan kebisuan.  Namun akhirnya hati yang berbicara sebagai media mereka berkomunikasi.

Saya tertegun dengan kegigihan Mayana menjalani hidupnya yang penuh lika-liku dan juga Indra dengan kelelakiannya yang mampu menebar aura bagi mereka yang memandangnya.  Senang pada akhirnya Mayana dan Indra bisa saling membaca dan memahami namun kembali cukup di hati saja. Sebab lidah masih jua kelu sekedar untuk mengungkapkan kata-kata cinta yang bermukin di ruang hati mereka.














2 komentar: