Selasa, 23 Oktober 2012

Berkah Menyantuni Anak Yatim

Bukanlah kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, tetapi rasa syukur itulah yang akan membuat kita bahagia.

Selalu ada keharuan setiap kali membincang Anak Yatim. Tak pernah  habis cerita yang mengundang air mata dalam setiap kisah yang terurai. Sebab anak yatim adalah sekelompok insan yang patut menjadi perhatian banyak orang. Mereka juga berhak mendapatkan apa yang termiliki oleh orang-orang di luar sana yang bisa mendapatkan apa yang mereka mau dengan mudahnya. Tetapi tidak untuk anak yatim.  Aku jadi terkenang akan dua sosok abang beradik Heru dan Firza yang terpaksa kehilangan sosok bergelar Ayah di kehidupannya. 

Tepat tanggal 29 Mei 2012 ba’da Dzuhur, Ayah dari abang beradik itu kembali dalam pelukan Sang Maha Cinta. Tak ada lagi dekap hangat dari seseorang yang selama ini menjadi tulang punggung di rumah mungil mereka. Tak ada lagi tawa renyah yang selama ini membaluti hari-hari mereka. Tak ada lagi senda gurau yang terbingkai dalam kebersamaan. Semua berlalu seiring kebersamaan yang tak lagi terdekap. 

Pilu hati ini setiap kali terkenang akan kedua bocah yang masih belia ini. Ditambah lagi mereka jauh dari ibunya. Perceraian di antara kedua orang tuanya menjadi sekat pemisah yang tak lagi menyatukan. Bocah abang beradik ini pun terpisah oleh jarak, ruang dan waktu. Sang abang memilih tinggal bersama nenek dari almarhum ayahnya, sedangkan sang adik tinggal bersama nenek dan kakek dari ibunya. Sedangkan ibunya tinggal bersama suami barunya di Pekanbaru, demi mencari penghidupan yang lebih layak di kota perantauan. 


Heru, seorang anak yang masih berusia sekitar 8 tahun kini masih duduk di kelas 3 Sekolah Dasar, sedangkan adiknya Firza masih duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Betapa miris hati ini setiap kali menatap wajah-wajah lugu mereka. Wajah-wajah tak berdosa yang harus merasakan perihnya hidup tanpa dekapan hangat kedua orang tuanya. Mereka belum begitu paham akan pahitnya kehidupan yang mereka jalani. Namun mereka terpaksa mengalaminya. Hanya sebentuk kepasrahan yang mesti dilalui akan takdir Sang Maha Pencipta. Di sini, aku hanya mampu berdo’a demi tercapainya kebahagiaan dan cita-cita mereka. Aku yakin mereka akan menjadi anak yang membanggakan di kemudian hari. Kedua bocah ini adalah dua dari ribuan anak yang membutuhkan perhatian dari golongan menengah ke atas. Sebab mereka juga berhak mendapat penghidupan yang lebih layak terutama dalam hal pendidikan, sebab mereka adalah generasi penerus bangsa.

Menjelang lebaran beberapa bulan lalu, aku menyisakan sedikit rejeki-ku untuk kedua bocah tersebut. Betapa pilunya hati ini yang tak mampu memberi yang lebih dari sekedar baju lebaran dan uang saku seadanya. Andai aku mampu memberikan yang lebih dari ini, tentu merupakan kebahagiaan yang luar biasa bagiku. 

Begitupun aku turut bahagia bisa berbagi dengan kedua bocah belia ini. Bisa melihat sesunging sabit di bibir mungil mereka adalah kebahagiaan yang tak ternilai bagiku. Aku terpaku dalam syukur yang tak terbahasakan melihat keceriaan yang mereka perlihatkan. Betapa kalian juga berhak merasakan indahnya hari nan fitri ini, batinku. Aku yakin apa yang kita berikan, itu juga yang ‘kan kita dapatkan bahkan bisa saja dilipatgandakan oleh Sang Pemberi Rejeki, Insya Allah. Dan alhamdulillah beberapa hari berselang ada seseorang utusan dari kantor tempatku berkerja menyodorkan amplop yang berisi uang padaku. (Bukan THR yang biasa diterima para karyawan dimana memang sudah kewajiban pihak perusahaan untuk mengeluarkannya sebab selama ini perusahaan tempatku berkerja tak pernah mengeluarkan THR sepersen pun)

 “Alhamdulillah, Inikah berkah dari menyantuni anak yatim,” seru batinku
Nyata adanya, bahwa tak ada yang tersia dari apapun yang kita beri pada anak yatim dan orang-orang yang membutuhkan perhatian. Sebab Allah akan membalasnya dengan caraNya yang indah. Kita hanya berusaha untuk senantiasa bersyukur atas apa yang dihadiahkanNya, sebab syukur itulah yang ‘kan membawa kita pada denting kebahagiaan. 


Artikel  ini diikutsertakan pada Gaveaway: Cinta untuk Anak Yatim.

2 komentar:

  1. Indahnya kisah ini

    Terima kasih dik, tulisannya tercatat sebagai peserta di GA Cinta untuk Anak Yatim di www.romantisan.com

    BalasHapus