Jumat, 08 April 2011

Merindu Masakan Bunda

Merindu Masakan Bunda

By. Lelly Elfirza Sembiring

“Dhea…Its time to dinner.” teriak ibu dari arah dapur
“Iya bu, sebentar” balasku sambil bergegas ke arah dapur
“ Wah…masakan ibu lezat sekali! tidak pernah berubah sedari dulu." ucapku pada ibu sambil terus melahap hidangan di atas meja makan
" Iya ini ibu masakin spesial buat Dhea sayang" tukas ibu sambil mengecup keningku penuh kasih sayang.
“Dhea sudah lama merindukan saat-saat seperti ini, Bu. Saat Dhea bisa menyantap masakan ibu yang super lezat.” Ucapku sambil mengacungkan jempolku pada ibu.
Ibu tersenyum. “Ibu juga, Sayang. Rasanya ibu ingin terus dapat menyediakan menu spesial buat Dhea.” ujar ibu.
" Bu, jangan tinggalkan Dhea lagi ya, Dhea ingin terus bisa merasakan lezatnya masakan ibu, Dhea ingin selalu berada di samping ibu." ujarku sambil menggenggam lembut jemari ibu.

         Hanya senyuman manis yang tersungging dari bibir wanita yang kini berada di hadapanku. Sentuhan tangannya membelai halus kerudung yang kukenakan. Kerudung berwarna biru, hadiah ulang tahunku yang ke-17 darinya. Belaian tangannya yang penuh kasih sayang membuat hatiku sejuk dan damai. Lalu ia menatapku tajam. Seperti ada sesuatu yang hendak ia katakan padaku. Namun, lidahnya tak mampu berkata. Bibirnya terkatup rapat. Mulutnya terasa membungkam. Kemudian ia tertunduk, tertunduk dan semakin menunduk dan seketika tampak olehku butir air bening jatuh dari pelupuk matanya. Membasahi kedua pipinya. Aku heran, dan perlahan kusentuh dagu ibu dan kutengadahkan wajahnya. Kutatap tajam matanya dengan penuh kasih sayang. Matanya memerah, air bening kini membanjiri kedua pipinya.  Hatiku pilu. Aku tak kuasa menatap wajahnya yang berlinang air mata dan perlahan kuangkat kedua telapak tanganku dan kuhapus air mata yang membanjiri pipinya.
"Kenapa ibu menangis?" tanyaku lirih
Kembali ia hanya menebarkan senyuman termanisnya yang bersahaja.


 Kring...kring...kring.

        Aku tersentak mendengar suara yang membisingkan telingaku. Perlahan kubuka mataku dan aku terbelalak sambil memandang sekelilingku dengan heran, ternyata aku berada di atas tempat tidur. Kamar bernuansa biru, warna kesayanganku. Di mana banyak fotoku bersama ibunda yang terpajang di sekeliling dinding kamarku. Semua itu hanya mimpi. Mimpi bertemu dengan bunda dan merasakan masakannya yang tak pernah kurasakan lagi setelah kepergianya setahun silam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar