Minggu, 03 Juli 2011

Surat Terbuka Untuk Berjuta Ummat

Teruntuk : Para Pemilik Jiwa
Di,
Belahan Bumi Allah

Sore mulai menyapa, ada gerimis yang seketika membawaku pada sekeping lara. Menghantarkanku pada gejolak jiwa yang tak terkontrol pada amarah dan kebencian. Saat membayangkan suatu hal yang sama sekali di luar dugaan manusia yang menatap. Sungguh rahasiaNya memang selalu terjaga rapi. Tanpa satupun yang mampu membongkarnya. Sebentuk kasih mengalir dengan derasnya sesaat setelah geliat pilu merayap nyata di depan mata.

Duhai Pemilik Jiwa,
Surat ini kutujukan untuk kita semua insan pemilik jiwa. Aku tak tahu lagi lewat mana kuungkapkan segenap rasa. Tak tahu lagi jalur mana yang harus kutempuh demi menumpahkan segala asa yang berkecamuk di dalam dada atas serpihan hati yang tersayat luka, perih. Dunia bagaikan persinggahan tak berarti bagi mereka. Tak ada kepedulian antar sesama yang dibangun. Begitu sulitkah menumbuhkan rasa cinta di hati. Mungkin, bagi sebahagian orang tapi tidak berlaku denganku.

Duhai Para Pemilik Jiwa
Di balik panasnya sinar mentari yang menghangatkan tubuh, ada cinta yang seketika tumbuh di hati saat menatap sebentuk jiwa yang tiba-tiba tersungkur menghantam sebuah tembok besar yang berdiri kokoh. Miris hati ini saat menatap ketidak perdulian mereka atas apa yang terjadi. Beberapa pasang mata yang ada hanya memandangi yang terjadi tanpa mengulurkan tangannya tuk membantu. Menatap bocah yang mengatupkan tangannya di dada seraya memohon bantuan demi abangnya yang telah tergeletak tak berdaya di tepi parit dengan berlumur darah, namun tak seorangpun yang tergugah hatinya tuk menolong. Begitu kejamnya manusia yang punya hati namun tak berHATI.

Duhai Jiwa-jiwa berhati,
Tak sanggup kumenatap tangis yang memecah panasnya sinar mentari saat seorang ibu menangis sejadi-jadinya, mendengar kabar mengejutkan. Seorang anak lelakinya tertimpa musibah, kecelakaan. Aku tak mampu meraba perih hati yang ia rasa. Namun aku yakin hatinya pilu tak terkira.

Duhai Pemilik Hati dan Jiwa,
Tidakkah kau sadari andai kata yang tertimpa musibah itu adalah sanak saudaramu. Anakmu, Istrimu, atau Ibumu, bagaimana perasaanmu? Begitu tegakah kau membiarkannya mati perlahan dengan tubuh bersimbah darah. Tak bersimpatikah kau menolong serta menyelamatkan nyawanya yang telah sekarat. Bukankah kita adalah manusia yang berkehidupan sosial di mana kita tak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Jangan kau biarkan hatimu terus terkatup rapat tanpa belas kasihan setetes pun. Sebab takkan ada yang tersia dari segala yang kita lakukan di dunia. Sebentuk ketulusan yang kita semai pasti akan mendapat balasan dariNya. Tidak sekarang, tidak di dunia, mungkin nanti di akhiratNya kelak dengan surga yang terbentang luas yang kita nikmati sepuasnya. Sungguh, tak ada istana terindah selain surgaNya.

Dari Pemilik Jiwa

Yang mencoba menumbuhkan cinta pada sesama tanpa pandang agama dan status


*Tragedi Berdarah
Senin, 30 Mei 2011
At: 15.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar