Penulis : Endang Ssn
Penerbit : Leutika Prio
Cetakan Pertama : Maret, 2011
Kategori : Novel
Tebal : x + 160 halaman
Harmoni Cinta di Ujung Senja adalah novel pertama karya Endang Ssn, yang diterbitkan oleh Leutika Prio pada tahun 2011. Novel ini bercerita tentang seorang wanita yang berupaya menjemput mimpi demi membahagiaan kedua orang tuanya juga perjalanan cintanya yang selalu berakhir memilukan.
Membaca Novel perdana Endang Ssn saya merasa berada pada posisi Shinta, tokoh wanita yang begitu berprestasi dalam perjalanan karirnya. Dan saya yakin, semangat seorang Shinta demi mewujudkan mimpi menjadi nyata patut menjadi contoh bagi setiap pembaca bahwa mimpi sudah sepatutnya dijemput bukan dinanti. Dan dia telah membuktikan akan kekuatan mimpi sebab semua berakhir nyata di hadapannya
Novel ini juga menceritakan keberhasilan Shinta dalam karir dan prestasi yang sangat membanggakan. Namun tidak termasuk soal cinta. Sebab kegagalan selalu menjadi bumbu pahit dalam perjalanan cintanya. Sebentuk ketulusan yang ia tanam dalam menjalani kehidupan kerap kali berakhir dengan hal yang tak teringin. Sebentuk kesetiaan yang ia tanam demi sebuah cinta pada seseorang selalu berakhir perih. Bahkan hingga batas yang tak sedikit.
Banyak sekali yang dapat kita petik dari kisah -kisah yang ada dalam novel ini. Salah satunya tentang "the Power Of Dream (kekuatan mimpi)" Di mana semangat seorang Shinta dalam mengejar mimpinya yang penuh tantangan dan cobaan telah mampu ia lewati. Prestasi gemilang serta karir yang melonjak tinggi. Kenapa..?? Sebab ia selalu menyerahkan segala keputusan kepadaNya. Tak hanya itu indahnya hidayah dari Allah juga turut ambil bagian dalam isi novel ini. Sangat jelas terukir betapa indahnya HidayahNya yang telah ia jemput dan bukan dinanti.
Menjelajahi seluruh isi novel ini, saya merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam buku ini Tokoh Aryo Andriyanto yang dikatakan taat beragama akankah mengingkari janji hanya demi sebuah kesuksesan. Bukankah semuanya adalah cobaan yang harus dilewati dengan kesabaran dan berserah diri padaNya. Jadi membacanya terkesan seperti menonton film sinetron yang selalu membanggakan harta, tahta dan kekayaan. Tapi keimanan seseorang memang selalu pasang surut.
Namun biarpun demikian, tak mengurangi pesan yang hendak disampaiakan oleh pnulis kepada penikmat baca, Sebab:
seeep..seeepp...
BalasHapus