Menari tanpa batas menurut panggilan hati yang 'kan terus bergerak mengukir sejarah kehidupan
Senin, 17 September 2012
:: Epilog Abu-abu
Jingga menggelitik sukma
Terenyuh sampai ke jiwa
Aku tersudut dalam ruang bisu
Mencoba menerjemahkan asa nan mengelabu
Mentari hampir tenggelam
Tapi kaki masih beku dalam sendiri
Aku bungkam
Tak mampu mengartikan kemelut hati
Aku ingin Terbang, tapi sayap tak abadi
Aku ingin berlalu, tapi terhalang waktu
Apa AKU harus MATI?
Dalam ketakberdayaan diri
Mampukah aku terus bertahan
Jika diri terus tenggelam dalam kepulan kabut hitam?
Entahlah..
Aku tak mampu mengartikan semua ini
Keraguan masih saja menjalari kalbu
Lebih baik aku diam
dilucuti rasa kebimbangan.
Dalam dimensi yang merusak logika
Tak perlu banyak kata,
Tak perlu banyak cerita
Cukuplah hati yang berbicara
Biar waktu yang menjawab
Karna manusia terlalu banyak cerita
semuanya menjadi kotak – kotak
Buram
Seburam kisah yang teracik di masa lalu
Hanya keyakinan yang mampu merubah segala kondisi
Dalam potret bayangan yang tak berwarna
Dalam dimensi waktu yang tak bernyawa
Hanya sebuah kepasrahan yang mesti terukir
Biar abadi dalam cerita yang tiada ujung
Aku, kamu dan dunia.
Tidak bisa berlari dari pahatan sejarah
Biar kosong saja
Lautan aksara telah terbenam bersama semburat jingga
Lautan asa juga ikut tenggelam
Bersama denting waktu yang melesat cepat
Ombak menari bersama angkara
Menggulung harapan yang masih tersisa
Dan aku pun membilur dihantam debur
Bersama rasa yang terkubur
Hingga terhempas dalam keterbelengguan
bukan seperti karang yang keras.
Tapi seperti debu yang terberai
Tak tersisa ruang
Sekalipun gelap dan hampa..
Hanya kesenduan malam..
Berselimut kesendirian
Malam, dalam catatan angka
Menghitung dalam bilangan yang tak usai
Meracik setiap sejarah dalam kisah
Tanpa pernah tahu kapan akhirnya
Buah karya :
Sawaludin S
Nurlaili S
Dwi Suci
Serenada Sendu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar